Pura Besakih di Kab. Karangasem merupakan pura
tertua di Bali yang berarti keselamatan. Penjor dan umbul-umbul yang
melambangkan naga / keselamatan serta keselamatan menghiasi pura ini.
Jujur saja, saya memang penasaran
dengan pura terbesar dan tertua di Bali yang terletak di Kab. Karangasem ini.
Namun, ternyata, pengalaman mengunjungi Pura Besakih yang sangat indah
merupakan pengalaman terburuk saya selama di Bali. Image negative tentang
pemerasan dan sikap menjengkelkan beberapa oknum pengelola Besakih membuat saya
kapok untuk balik lagi ke sana. Terus terang, saya meninggalkan Pura Besakih
dengan hati yang terluka. Setelah saya browse sana sini di internet, memang hampir
seluruh wisatawan yang mengunjungi pura ini mengalami nasib seperti saya bahkan beberapa
lebih sial lagi. Sangat disayangkan bahwa pura yang sangat indah (dan memang
indah) dikotori oleh ulah oknum nakal.
Lokasi Pura Besakih dari Danau Batur kalau saya taksir sih,
kurang lebih jaraknya sekitar 30an km. Medan menuju ke sana cukup terpencil. Melewati hutan, kadang jalan sempit
dengan konfigurasi yang cukup sulit, ditambah penunjuk jalan yang minim (dan
kadang membingungkan) membuat akses ke sana cukup membutuhkan perjuangan. Meski
demikian, di perjalanan, akan menemui perkebunan kopi yang menawarkan kopi
luwak. Anda bisa mampir ke sana mencicipi kopi yang mahal ini.
Dalam perjalanan saya menuju ke
sana, kendaraan yang saya tumpangi dihadang oleh seorang perempuan “nekad” yang
tiba-tiba berdiri di tengah jalan dan menyetop kendaraan kami. Dia memberi kami
bunga-bunga dan canang yang katanya merupakan syarat penghormatan ke Pura
Besakih sambil membacakan doa-doa yang saya tidak mengerti. Saya sih diam saja,
sampai dia meminta uang “seikhlasnya” yang kemudian berubah dipatok menjadi
Rp.40.000,- sebagai ganti gelang warna warni yang katanya untuk bekal menuju
pura. Saya waktu itu jadi agak bête tapi tetap saja saya tidak mau mencari masalah.
![]() |
Si emak emak yang nekad menghadang mobil buat morotin |
Selanjutnya perjalanan saya ke
Pura Besakih diwarnai dengan medan yang lumayan menantang dan cukup jauh. Saya harus bertanya beberapa kali kepada penduduk sekitar
yang saya temui.
![]() |
Pemandangan Danau Batur dalam Perjalanan ke Pura Besakih |
![]() |
Danau Batur |
![]() |
Truk pengangkut pasir dari danau batur, sangat disayangkan pengerukan pasir terjadi di danau yang indah |
![]() |
Upacara Lewat |
Sesampainya di sana, saya takjub dengan keindahan Pura Besakih
yang tinggi dan besar. Namun, saya langsung dihadang oleh petugas yang mewajibkan
membeli tiket masuk (saya lupa, kalau tidak salah Rp.15.000,-). Dari sini, saya
masih tidak berpikir aneh-aneh. Namun begitu sampai tempat parkir, saya heran,
kok tempat seindah ini sepi ya? Tempat parkir yang cukup luas pun hanya dihuni
sedikit mobil saja. Saya sudah agak bertanya-tanya. Setelah itu, keheranan saya
langsung terjawab. Belum lagi saya menutup pintu saat turun dari kendaraan,
wanita-wanita dan anak-anak menyerbu menawarkan bunga. Lebih tepatnya memaksa
saya membeli bunga. Saya bersikeras menolak. Mereka tetap bersikeras
bahkan nekad menggenggamkan bunga ke tangan saya, saya pun tidak bisa menghindar. Tidak
lama, seorang perempuan dan anak kecil mengejar saya, memaksa saya membayar
bunga yang digenggamkan ke tangan saya. Saya tetap menolak membayar. Bukan
kenapa, karena, begitu kita membayar satu orang, maka orang-orang yang lain
akan berbuat hal yang sama, kecuali saya cukup kaya untuk itu. Akhirnya, saya
mengembalikan bunga yang digenggamkan ke saya. Muka mereka langsung
masam kepada saya, saya diam saja dan berlalu. Setelah
itu, hadangan belum berakhir. Saya dihadapkan sebuah pos yang mengharuskan saya
menyumbang untuk pembangunan pura. Mereka menyodorkan buku sumbangan. Mereka
bilang seikhlasnya, namun mata saya terbelalak melihat jumlah sumbangan yang
tertulis bekisar ratusan ribu (500rb, 300rb, 250rb, paling murah 150rb). Saya
kasih aja 50rb rupiah, itupun saya sebenarnya tidak rela, karena saya merasa
saya sudah membayar karcis resmi di depan. Selanjutnya, saya diwajibkan memakai
kain sarung yang dibanderol 10rb rupiah. Belum selesai, saya diwajibkan
menggunakan guide di dalam pura, padahal saya tidak terlalu membutuhkannya.
Karena saya jengkel, saya dan si guide sempat diam diaman selama awal
perjalanan.
Kisah ke”bête”an saya belum
selesai, begitu saya keluar dari gerbang pura, tiba-tiba sang guide secara
terang-terangan meminta uang kepada saya. Saya sudah jengkel bukan kepalang.
Saya berniat memberi pelajaran dengan memberikan uang recehan kepadanya,
kira-kira kurang dari 10rb rupiah. Dia minta nambah. Saya semakin jengkel
dibuatnya. Saya keluarkan keping uang logam 200 rupiah beberapa buah. Dia pun
marah dan mengembalikan uang tersebut ke saya. Saya ketawa dalam hati. Dia pun langsung meninggalkan saya. Saya cuek aja, tapi jujur masih
mangkel dengan semua kejadian ini. Saya tiba di tempat parkir dan
mendapati seorang turis dari India bertengkar dengan salah satu oknum. Ternyata
bukan saya saja yang diperlakukan tidak baik di sini.
Pura Besakih sebenarnya sangat
indah dan anda dijamin cukup berolahraga karena harus menaiki tangga yang
tinggi. Letaknya di lereng Gunung Agung semakin menambah keindahannya. Terdapat
satu buah pura yang paling tinggi dan lokasinya agak terpisah dari pura utama,
tapi jujur saya sudah tidak sanggup naik ke sana, jadi cuma jeprat jepret saja
dari bawah.
Saya sarankan, jika anda
penasaran dengan Pura Besakih, mending anda lihat-lihat foto saya aja hehehe.
Tapi kalau anda masih bersikeras ke sana, itu pilihan masing-masing orang, yang
jelas saya sudah menjelaskan kenapa banyak orang tidak mau atau tidak mau lagi
berkunjung ke sana.
Kepada pemerintah daerah Bali / aparat yang berwenang (Kalau membaca tulisan ini) minta tolong kegiatan pungli di Pura Besakih bisa ditertibkan, karena sangat disayangkan salah satu obyek eksotis dengan sarat makna sejarah dan bahkan menjadi salah satu ikon Bali dicoreng oleh tindakan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.
ReplyDeleteJujur, sebenarnya tidak ada driver / pemandu wisata yang mau diajak mengunjungi lokasi ini, karena kelakuan oknum-oknum tersebut mencoreng citra Pura Besakih.
jangan kesana lagi dech............PARNO
ReplyDeleteya ya ya ane setuju! dua jempol
ReplyDeleteTelat baca referensi...akhirnya jadi korban pemerasan juga kmren...:(
ReplyDeleteParkir 15rb+sumbangan pura 150rb+guide 20rb+2motor 140rebu+ibu2 tukang bunga 10rb
Kapok mau ke besakih lagi,sempet diusir sma pendeta pura gara2 ga mau sembahyang,ternyata bener sumbangannya 100rb katanya seikhlasnya :x
Turut berempati dengan nasib anda, semoga, pihak pemerintah di sana segera menyadari hal tsb...
Deletewaaah.... syukurlaahh gw nemu review ini, dan memang benar adanya.. udah baca review2 yg lain, bgitu kondisinya.. terpaksa coret dari itenerary deh... daripada bikin ga nyaman sekluarga... thks alot !
ReplyDeleteiya sama-sama, masih banyak juga kok destinasi lain yang juga menarik, selamat berlibur sekeluarga
DeleteSaya berkunjung 27 agustus 14 dan diporotin 50rb sumbangan pura, 120 u kain dan ikat, 20rb sajen, 250rb biaya sembahyang, 20rb tip pendeta, 50rb tip guide. Total 510rb!!! Kapok mbak.
ReplyDeleteah pak maaf baru balas... pengalaman itu pak, setidaknya sempat melihat keindahan pura yang eksotis :)
ReplyDelete