Sunday 27 October 2013

Ticket (2008)




Inilah salah satu film yang tidak bisa saya lupakan karena membuat saya termehek-mehek habis habisan. Kesan pertama saya mencari review film asal Taiwan ini di Mbah Google adalah susaaah minta ampun alias belum nemu reviewnya. Apa mungkin saya yang kurang canggih kali ya… anyway saya heran karena film yang menurut saya menguras air mata melebihi film 1 litter of tears ini kok kayaknya kurang terkenal ya? Padahal menurut saya bagus filmnya. Bagi yang penasaran pengen tahu sinopsis film drama melow ini yuk cekidot aja...

Cerita film ini bermula saat seorang gadis yatim piatu yang telah dibesarkan sekian tahun di panti asuhan di sebuah gereja telah tumbuh dewasa dan lulus kuliah. Seorang suster yang telah mengasuhnya dan sangat dekat dengannya, bahkan dia anggap sebagai ibunya sendiri, sakit-sakitan dan sekarat. Saat sekarat itulah, sang suster bercerita bahwa saat suster tersebut menemukannya di depan gereja, suster tersebut juga menemukan beberapa benda yang bisa dijadikan petunjuk jika suatu hari sang gadis ingin mencari ibunya. Benda-benda tersebut adalah secarik kain pembungkus bayi dan beberapa tiket.

Sang gadis yang awalnya enggan mencari ibu kandungnya karena dianggap telah membuangnya, lama-lama penasaran juga ingin mencari ibunya. Dia meyakinkan dirinya bahwa pencariannya ini hanya sekadar ingin tahu seperti apa rupa wanita yang telah menelantarkannya dan tidak ingin mengenalnya lebih jauh.

Akhirnya perjalanan pun dimulai. Sang gadis ditemani oleh temannya mulai menelusuri alamat yang tertera pada tiket tersebut. Tidak disangka ternyata perjalanan mereka sangat jauh dan membawa mereka ke tempat-tempat terpencil. Mereka pun akhirnya bertanya kepada polisi daerah tentang catatan kelahiran bayi di kisaran tahun kelahiran sang gadis. Dari catatan kepolisian, diketahui bahwa ada tiga keluarga yang kemungkinan adalah keluarga kandung dari sang gadis.

Sang gadis pun mulai mencari ke keluarga pertama, di mana pencarian tersebut mengantarkannya ke areal persawahan. Di sana banyak tinggal keluarga petani. Setelah ditelusuri, akhirnya sang gadis menemukan orang yang diduga sebagai ibu kandungnya. Ternyata setelah diteliti lebih jauh, sang gadis menemukan beberapa hal yang membuatnya tidak yakin bahwa orang tersebut adalah ibu kandungnya.

Keesokan harinya, sang gadis melanjutkan pencarian ke keluarga ke dua. Tidak disangka, bahwa pencarian ini sangat jauh dan mengantarkannya ke tempat yang lebih terpencil. Dia sampai ke sebuah daerah pegunungan. Selanjutnya dia menanyakan kepada orang sekitar tentang nama marga orang (maaf saya lupa) yang dicarinya. Selanjutnya, petunjuk mengantarkan sang gadis ke sebuah rumah gubuk yang sederhana. Perjalanan menuju rumah gubuk itu dilalui dengan menyeberang sungai  yang curam yang dilakukan dengan semacam tali yang dilengkapi tempat duduk. Karena tidak terbiasa, sang gadis merasa takut. Namun, anehnya, dia seperti merasakan déjà vu dengan hal tersebut.

Rumah itu, terlihat mengenaskan dan sedang tidak ditempati oleh penghuninya. Saat sang gadis masuk, dia terkejut melihat sobekan kain korden kamar  yang mirip dengan kain pembungkus bayi dirinya saat ditemukan oleh suster pengasuhnya.

Selanjutnya dia melihat foto keluarga di rumah itu yang sudah sangat usang. Foto itu menunjukkan wajah pria dan wanita yang gambar wajahnya telah sangat kabur. Berdasarkan keterangan dari tetangga, wanita yang telah menempati rumah itu bekerja sebagai guru sukarelawan di sebuah sekolah yang letaknya cukup jauh. Biasanya, dia akan pergi selama beberapa hari. Tetangga tersebut menyarankan sang gadis agar mengunjungi sekolah tempat wanita itu bekerja sebagai guru sukarelawan yang megajarkan menyanyi.

Sang gadis akhirnya pergi ke sekolah yang letaknya cukup jauh. Setelah sampai di sekolah, dia melihat seorang wanita yang sedang bersama murid-muridnya di halaman sekolah. Sang gadis mengira wanita itu adalah ibunya. Sang gadis terlihat emosional, dan berniat untuk pergi, namun wanita itu keburu melihatnya dan menegurnya. Sang gadis akhirnya dengan terpaksa berkenalan dengan wanita itu. Setelah wanita itu mendekat, wanita itu kaget melihat wajah sang gadis dan berkata pada sang gadis bahwa wajah sang gadis mirip seseorang. Mendengar hal tersebut, sang gadis terkejut. Ternyata orang yang dimaksud adalah ibu kandung sang gadis yang ternyata baru saja meninggal akibat emboli paru-paru. Mendengar berita itu, sang gadis terlihat kaget dan sedih.
Selanjutnya, wanita itu mengajak sang gadis untuk menyerahkan beberapa barang yang ditinggalkan ibu kandungnya. Wanita itu menunjukkan tumpukan tiket-tiket kereta. Alangkah terkejutnya sang gadis melihat daerah yang tertera pada tiket-tiket tersebut. Tiket-tiket itu menunjukkan bahwa setiap tahun, ibu kandungnya pergi ke daerahnya.

Sang wanita bercerita bahwa, ayah kandung sang gadis sebenarnya adalah pria yang tidak baik dan kasar. Oleh karena itu, demi melindungi sang gadis dari suaminya dan demi mendapatkan fasilitas dan penghidupan yang lebih layak untuk sang gadis, ibu kandungnya terpaksa menyerahkan sang gadis saat masih bayi ke panti asuhan gereja yang reputasinya baik. Perjalanan yang ditempuh oleh ibu kandung sang gadis luar biasa jauh dan berat. Ibu sang gadis harus berjalan melewati areal pegunungan hingga harus menabung untuk membeli tiket tiap tahunnya hanya untuk mengintip putrinya dan memastikan putrinya baik-baik saja. Perjalanan berat itulah yang membuat ibu kandung sang gadis akhirnya meninggal karena penyakit emboli paru-paru.

Betapa hancur hati sang gadis (dan hati saya) mendengar kenyataan itu. Dalam beberapa foto sang gadis, ditunjukkan bahwa saat sang gadis berfoto pada masa sekolah dan kelulusan kuliah di sekolah gereja, seorang wanita yang menutupi separuh wajahnya selalu di dekat dia dan berusaha menyentuhnya. Sang gadis menangis mengetahui hal tersebut, namun lega telah mengetahui ibu kandungnya.


Di akhir film, saya disuguhi pemandangan kasih sayang seorang ibu yang membuat saya haru biru. Ibu kandung  sang gadis selalu mengintip anaknya dan berusaha menyentuhnya. Overall meski ceritanya terkesan sederhana, namun penyajian film tersebut menurut saya sangat menyentuh hati, apalagi diiringi dengan lagu sedih, anehnya nadanya mirip dengan lagu Indonesia (saya lupa judulnya) “kulihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati, air matanya berlinang, dst”.

Confession (Kokuhaku) ~ 2010


Meskipun saya penggemar film berbagai genre, tapi saya tidak mudah untuk dibuat terkesan oleh sebuah film.  Namun tidak bagi film satu ini. Luar biasa! Itulah yang saya ucapkan dari mulut saya setelah film ini berakhir. Bisa dibilang, film Jepang berjudul Confessions ini benar-benar mengacak acak emosi saya. Dan terbukti, film ini banyak menyabet penghargaan nasional dan internasional.

Kalau menurut saya, film ini masuk kategori psychological thriller dengan twist ending yang puaaaaaasss banget! Kalau boleh saya rangkum menjadi satu kalimat yang mewakili ceritanya, kalimatnya barangkali cocok dengan ini : “Pembalasan dendam paling efektif”. 

Terus terang, acak acaknya emosi saya, dikarenakan, sebenarnya saya memiliki beberapa kemiripan dengan tokoh dalam film ini, seorang ibu yang memiliki satu anak dan masih kecil, dan si pelaku / penjahat dalam film ini adalah seorang anak kecil (smp), yang karena dia bocah lelaki, saya jadi ingat dengan anak saya. 

Permasalahan utama emosional dari film ini adalah, pembalasan dendam tersebut dilakukan oleh seorang guru wanita kepada muridnya, seorang bocah lelaki kecil, karena telah membunuh anak perempuan satu-satunya yang masih kecil (duh.. saya kalo teringet jadi sedih L) dengan cara yang dingin namun paling kejam bagi bocah lelaki tersebut. Ampun deh saya ngeliatnya…. Tapi ga ada something gore / sadis2an di sini, murni psikologi. Plus, awalnya saya sebel banget melihat bocah tersebut karena tidak menyesali perbuatannya, namun di tengah-tengah film saya jadi tahu bahwa sebenarnya dia seorang anak yang haus kasih sayang dan hanya mencari perhatian. Di sisi lain saya benci, di sisi lain saya juga ada rasa iba.

Untuk lihat review film ini, banyak banget tersedia di mbah google, atau klik di sini.

Yang sudah terlanjur nyasar di blog ini, bisa langsung cekidot step-step inti ceritanya di bawah yah, dan karena saya ga terlalu suka kejutan, saya ga akan pelit kasih bocoran twist ending film yang bikin hati saya puas ini.... cekidot :

-    Yoko Moriguchi seorang guru wanita SMP yang juga single parents mengundurkan diri dari sekolah. Hal ini karena putri satu-satunya yang masih kecil meninggal tenggelam di kolam renang yang oleh polisi dianggap kecelakaan.

-    Di hari terakhir pengunduran dirinya, dia mengungkapkan di depan kelas bahwa sebenarnya anaknya tidak meninggal akibat kecelakaan, namun karena dibunuh dua orang muridnya yang dia sebut murid A dan murid B. Dari beberapa keterangannya, murid-murid di kelas pun tahu siapa murid A dan murid B.

-    Sebelumnya, Yoko membagikan susu kepada murid-murid di kelasnya yang juga dihuni oleh murid A dan murid B. Setelah muridnya meminum susu tersebut, Yoko mengungkapkan bahwa susu yang diminum murid A dan murid B telah dicampur dengan virus HIV dan bisa dicek perkembangannya setelah 3 bulan. Hal ini menyebabkan murid-murid heboh, dan murid A dan murid B panic.

Flashback film :

-    Murid A sebenarnya adalah anak yang paling jenius di sekolah, tapi introvert. Karena kurang kasih sayang akibat ditinggal ibunya yang ingin meniti karir di bidang ilmuwan, murid A terobsesi untuk membuat penemuan yang membuat ibunya kembali padanya. Intinya dia adalah anak haus kasih sayang.

-      Murid B sebenarnya anak yang selalu menjadi obyek bullying dan bodoh.

-     Masalah bermula ketika murid A berhasil menemukan resleting dompet yang dapat menyetrum seseorang yang membukanya (anti mugger). Ketika murid A menunjukkan kepada Yoko, jelas Yoko melarangnya karena berbahaya. Kecewa dengan hal tersebut, murid A akhirnya bertekad mengetes penemuannya itu dan mencari dukungan yang jatuh pada murid B.

-    Murid B yang bodoh dan mengiyakan apapun yang dikatakannya berinisiatif untuk mengetes dompet tersebut pada Manami, putri Yoko yang masih kecil.

-      Manami yang pada hari naas itu ada di dekat kolam renang sekolah Yoko, terbujuk oleh rayuan kedua murid tersebut dan mau untuk membuka dompet yang diberikan murid A. Alhasil, Manami terjatuh di lantai dan tak sadarkan diri. Murid A mengira Manami tewas dan menyalahkan murid B sembari melarikan diri.

-    Murid B yang tidak terima diolok-olok oleh murid A bermaksud untuk membuktikan bahwa dirinya berguna. Dia sempat melihat Manami membuka mata, namun karena murid B dikuasai oleh keegoisannya dan kepanikannya (atau kebodohannya???), dia melempar Manami ke kolam. Manami pun meninggal karena tenggelam.

-      Polisi akhirnya tidak bisa menyeret murid A dan murid B ke penjara dan menganggap kejadian tersebut karena kecelakaan. Alasannya, karena mereka berdua masih di bawa umur. Dari sinilah Yoko berniat memberikan terror mental kepada murid A dan murid B.

    Yang saya suka di sini adalah, begitu Yoko tahu pembunuh anaknya tidak diganjar apa-apa, ekspresinya sebagai seorang ibu yang kehilangan anaknya yang masih kecil sangat dingin, seperti tidak ada kesedihan dan kebencian, emosinya benar-benar tidak bisa ditebak.

Balik lagi ke plot film saat pengunduran diri Yoko.

-      Murid A dan Murid B pasca meminum susu menanggapi kejadian tersebut dengan hal berbeda. Murid B shock, tidak mau masuk sekolah, tidak mau mandi, tidak mau keluar kamar, ibunya sampai menderita. Akhirnya karena stress, dia membunuh ibunya dengan menusuknya memakai pisau, padahal ibunya adalah orang yang benar-benar mencintai dan setia kepadanya, dan akhirnya karena menyesal yang mendalam, murid B menjadi gila.

-     Murid A, awalnya memang panic setelah diberitahu jika susu yang telah diminumnya terinfeksi virus HIV. Namun dia lama-lama melihat hal ini justru akan menjadi peluang dirinya “dikasihani” ibunya lagi dan mendapatkan kasih sayangnya. Belakangan diketahui bahwa dia sebenarnya telah melakukan tes dan mendapatkan hasil negative. Jadi sebenarnya, susu yang diminum murid A dan murid B tidak terinfeksi HIV.

-     Yoko mengirimkan email gelap kepada murid-muridnya agar mereka membully murid A. Yoko tetap mencari berita mengenai murid A yang awalnya menderita karena di bully oleh teman-temannya. Namun, akhirnya murid A berhasil mengatasi bullying dengan cara menakut nakuti teman-temannya dengan darahnya yang dia koarkan mengandung HIV. Teman-temanya pun akhirnya takut membully dia dan lambat laun dia tidak menjadi korban bullying lagi. Yoko kecewa saat dia tahu murid A tidak dibully lagi.

-   Murid A mempunyai website yang menceritakan bahwa dia merasa menderita karena telah ditinggalkan ibunya. Ia berusaha keras membuat penemuan-penemuan yang akan membuat ibunya kembali melihatnya. Suatu hari, dia mengunjungi laboratorium tempat ibunya bekerja, namun yang ia temukan adalah foto ibunya bersama pria lain, yang ternyata adalah pria yang telah dinikahinya, di mana mereka saat itu tengah berbulan madu. Murid A kecewa berat. Dia menulis di websitenya bahwa dia tidak mencintai ibunya lagi. Ternyata, websitenya tersebut diikuti oleh Yoko, dan Yoko sebagai orang dewasa yang terus mengikuti websitenya paham bahwa sebenarnya Murid A telah berbohong dengan mengatakan tidak mencintai ibunya.

-      Murid A akhirnya membuat proyek merakit bom. Dia ingin bunuh diri bersama murid-murid di aula saat kelulusan. Bom rencananya akan dia ledakkan tepat setelah dia berpidato yang dikontrol melalui tombol ponsel miliknya.

-   Menjelang kelulusan, murid A meletakkan bom di area aula secara diam-diam, dia yakin rencananya akan berhasil.

-       Saat hari kelulusan tiba, tibalah murid A maju ke depan mimbar untuk berpidato sebagai lulusan terbaik. Begitu pidatonya selesai, dia memencet tombol ponsel miliknya dan berharap ledakan terjadi. Namun tidak terjadi apapun. Mimik murid A yang semula cerah, menjadi bingung. Dia pun memencet kembali tombol control bom beberapa kali dan tidak terjadi apapun.

-   Tiba-tiba muncullah dering telepon di ponselnya. Murid A kaget dan mengangkat telepon tersebut. Ternyata telepon tersebut dari Yoko yang selanjutnya tiba-tiba saja Yoko hadir di aula itu untuk mengungkapkan hal yang sangat mengejutkan bagi Murid A dan seluruh pengunjung aula.

-      Ternyata, bom rakitan murid A telah dipindahkan ke laboratorium ibu murid A menjelang waktu peledakan. Yoko juga menceritakan, bahwa bom tersebut dia bungkus layaknya kado dan diserahkan ke Ibu Murid A sebagai hadiah proyek dari murid A. Dia menceritakan tentang kehebatan dan juga perilaku murid A. Yoko mengatakan pada murid A, betapa ibunya sangat menyesal meninggalkan dia dan masih mencintainya. Pengakuan dari Yoko ini sangat mengejutkan murid A dan membuatnya shock. Jadi, murid A telah membunuh orang yang paling dicintainya, yaitu ibunya, dengan bom rakitannya sendiri. Murid A kemudian menangis meraung-raung di tengah kerumunan murid-murid yang juga kaget karena murid A berniat membunuh mereka dengan bom.

-      Pesan yang paling mendalam dari Yoko untuk murid A di ending film adalah : “mulai saat ini, hidupmu akan terus dihantui oleh penyesalan seumur hidupmu!” dan film pun berakhir.