Inilah salah satu film yang tidak bisa saya lupakan karena
membuat saya termehek-mehek habis habisan. Kesan pertama saya mencari review
film asal Taiwan ini di Mbah Google adalah susaaah minta ampun alias belum nemu
reviewnya. Apa mungkin saya yang kurang canggih kali ya… anyway saya heran
karena film yang menurut saya menguras air mata melebihi film 1 litter of tears
ini kok kayaknya kurang terkenal ya? Padahal menurut saya bagus filmnya. Bagi yang penasaran pengen tahu sinopsis film drama melow ini yuk cekidot aja...
Cerita film ini bermula saat seorang gadis yatim piatu yang
telah dibesarkan sekian tahun di panti asuhan di sebuah gereja telah tumbuh
dewasa dan lulus kuliah. Seorang suster yang telah mengasuhnya dan sangat dekat
dengannya, bahkan dia anggap sebagai ibunya sendiri, sakit-sakitan dan sekarat.
Saat sekarat itulah, sang suster bercerita bahwa saat suster tersebut
menemukannya di depan gereja, suster tersebut juga menemukan beberapa benda
yang bisa dijadikan petunjuk jika suatu hari sang gadis ingin mencari ibunya.
Benda-benda tersebut adalah secarik kain pembungkus bayi dan beberapa tiket.
Sang gadis yang awalnya enggan mencari ibu kandungnya karena
dianggap telah membuangnya, lama-lama penasaran juga ingin mencari ibunya. Dia meyakinkan
dirinya bahwa pencariannya ini hanya sekadar ingin tahu seperti apa rupa wanita
yang telah menelantarkannya dan tidak ingin mengenalnya lebih jauh.
Akhirnya perjalanan pun dimulai. Sang gadis ditemani oleh
temannya mulai menelusuri alamat yang tertera pada tiket tersebut. Tidak disangka
ternyata perjalanan mereka sangat jauh dan membawa mereka ke tempat-tempat
terpencil. Mereka pun akhirnya bertanya kepada polisi daerah tentang catatan kelahiran
bayi di kisaran tahun kelahiran sang gadis. Dari catatan kepolisian, diketahui
bahwa ada tiga keluarga yang kemungkinan adalah keluarga kandung dari sang gadis.
Sang gadis pun mulai mencari ke keluarga pertama, di mana
pencarian tersebut mengantarkannya ke areal persawahan. Di sana banyak tinggal
keluarga petani. Setelah ditelusuri, akhirnya sang gadis menemukan orang yang
diduga sebagai ibu kandungnya. Ternyata setelah diteliti lebih jauh, sang gadis
menemukan beberapa hal yang membuatnya tidak yakin bahwa orang tersebut adalah
ibu kandungnya.
Keesokan harinya, sang gadis melanjutkan pencarian ke
keluarga ke dua. Tidak disangka, bahwa pencarian ini sangat jauh dan
mengantarkannya ke tempat yang lebih terpencil. Dia sampai ke sebuah daerah
pegunungan. Selanjutnya dia menanyakan kepada orang sekitar tentang nama marga
orang (maaf saya lupa) yang dicarinya. Selanjutnya, petunjuk mengantarkan sang
gadis ke sebuah rumah gubuk yang sederhana. Perjalanan menuju rumah gubuk itu
dilalui dengan menyeberang sungai yang
curam yang dilakukan dengan semacam tali yang dilengkapi tempat duduk. Karena tidak
terbiasa, sang gadis merasa takut. Namun, anehnya, dia seperti merasakan déjà vu
dengan hal tersebut.
Rumah itu, terlihat mengenaskan dan sedang tidak ditempati
oleh penghuninya. Saat sang gadis masuk, dia terkejut melihat sobekan kain
korden kamar yang mirip dengan kain
pembungkus bayi dirinya saat ditemukan oleh suster pengasuhnya.
Selanjutnya dia melihat foto keluarga di rumah itu yang
sudah sangat usang. Foto itu menunjukkan wajah pria dan wanita yang gambar
wajahnya telah sangat kabur. Berdasarkan keterangan dari tetangga, wanita yang
telah menempati rumah itu bekerja sebagai guru sukarelawan di sebuah sekolah
yang letaknya cukup jauh. Biasanya, dia akan pergi selama beberapa hari. Tetangga
tersebut menyarankan sang gadis agar mengunjungi sekolah tempat wanita itu
bekerja sebagai guru sukarelawan yang megajarkan menyanyi.
Sang gadis akhirnya pergi ke sekolah yang letaknya cukup
jauh. Setelah sampai di sekolah, dia melihat seorang wanita yang sedang bersama
murid-muridnya di halaman sekolah. Sang gadis mengira wanita itu adalah ibunya.
Sang gadis terlihat emosional, dan berniat untuk pergi, namun wanita itu keburu
melihatnya dan menegurnya. Sang gadis akhirnya dengan terpaksa berkenalan
dengan wanita itu. Setelah wanita itu mendekat, wanita itu kaget melihat wajah
sang gadis dan berkata pada sang gadis bahwa wajah sang gadis mirip seseorang. Mendengar
hal tersebut, sang gadis terkejut. Ternyata orang yang dimaksud adalah ibu
kandung sang gadis yang ternyata baru saja meninggal akibat emboli paru-paru. Mendengar
berita itu, sang gadis terlihat kaget dan sedih.
Selanjutnya, wanita itu mengajak sang gadis untuk
menyerahkan beberapa barang yang ditinggalkan ibu kandungnya. Wanita itu
menunjukkan tumpukan tiket-tiket kereta. Alangkah terkejutnya sang gadis
melihat daerah yang tertera pada tiket-tiket tersebut. Tiket-tiket itu
menunjukkan bahwa setiap tahun, ibu kandungnya pergi ke daerahnya.
Sang wanita bercerita bahwa, ayah kandung sang gadis
sebenarnya adalah pria yang tidak baik dan kasar. Oleh karena itu, demi
melindungi sang gadis dari suaminya dan demi mendapatkan fasilitas dan
penghidupan yang lebih layak untuk sang gadis, ibu kandungnya terpaksa
menyerahkan sang gadis saat masih bayi ke panti asuhan gereja yang reputasinya baik. Perjalanan
yang ditempuh oleh ibu kandung sang gadis luar biasa jauh dan berat. Ibu sang
gadis harus berjalan melewati areal pegunungan hingga harus menabung untuk
membeli tiket tiap tahunnya hanya untuk mengintip putrinya dan memastikan
putrinya baik-baik saja. Perjalanan berat itulah yang membuat ibu kandung sang
gadis akhirnya meninggal karena penyakit emboli paru-paru.
Betapa hancur hati sang gadis (dan hati saya) mendengar
kenyataan itu. Dalam beberapa foto sang gadis, ditunjukkan bahwa saat sang
gadis berfoto pada masa sekolah dan kelulusan kuliah di sekolah gereja, seorang
wanita yang menutupi separuh wajahnya selalu di dekat dia dan berusaha
menyentuhnya. Sang gadis menangis mengetahui hal tersebut, namun lega telah
mengetahui ibu kandungnya.
Di akhir film, saya disuguhi pemandangan kasih sayang
seorang ibu yang membuat saya haru biru. Ibu kandung sang gadis selalu mengintip anaknya dan
berusaha menyentuhnya. Overall meski ceritanya terkesan sederhana, namun penyajian
film tersebut menurut saya sangat menyentuh hati, apalagi diiringi dengan lagu
sedih, anehnya nadanya mirip dengan lagu Indonesia (saya lupa judulnya) “kulihat
ibu pertiwi, sedang bersusah hati, air matanya berlinang, dst”.