Dalam hidup, aku telah bertemu
dengan banyak orang, berkenalan dan menjadi teman. Ada yang tinggal di hati,
ada yang menguap begitu saja. Di antara orang-orang tersebut, ada 2 orang yang
meninggalkan kesan bagiku sebagai sosok yang sangat luar biasa. Penilaian itu
bukan dari sekali bertemu, tapi aku menilainya selama interaksi hidupku dengan
mereka. Dari merekalah aku belajar, dan dari merekalah Allah mengirimkan contoh
nyata untuk membuat aku sadar bahwa manusia yang paling baik adalah manusia
yang paling banyak manfaatnya.
Seorang bernama Gusti Mohammad
Hamdan dan yang seorang lagi bernama Roseta Rossi. Saat aku menulis ini, secara
geografis aku telah terpisah begitu jauh dengan mereka, namun tidak dengan
jiwaku. Melalui tulisan inilah, aku ingin mengungkapkan pada dunia betapa
bersyukurnya aku bisa mengenal mereka. Aku tertarik menulis tentang mereka
berdua, karena mereka sungguh adalah manusia-manusia langka yang mungkin tidak
sembarang bisa kutemukan.
Gusti Mohammad Hamdan, aku mengenalnya tidak sengaja lewat sebuah program
pendidikan. Awal berkenalan kita tidak langsung menjadi sahabat. Butuh beberapa
proses untuk membuat kita bisa menjadi sahabat baik, dan itu terjadi saat kita
justru telah keluar dari program. Satu hal yang sangat aku sesali adalah,
kenapa tidak sedari dulu aku mengenal dia.
Secara personalitas, dia anak yang
ceria, optimis, mudah bergaul, dan sangat percaya diri. Dia juga mempunyai
kapasitas sebagai pemimpin dan organisator yang baik. Secara intelektual, dia
cerdas dan sangat kreatif. Aku sungguh sangat bersyukur bisa mengenal dia.
Aku tidak pernah menanyakan apakah
dia seorang yang kaya, karena semua barangnya sangat sederhana. Penampilannya
pun tidak menyiratkan bahwa dia seorang yang kaya raya. Satu benda yang masih
aku ingat adalah sepeda motor kesayangannya. Sepeda itu sungguh butut dan
suaranya tidak begitu merdu meraung. Tapi sepeda itu selalu dia banggakan dan
dibawanya kemana saja. Dia bilang bahwa sepeda itu adalah sepeda pertama yang
dia beli dari hasil jerih payahnya.
Gusti adalah seseorang yang berani
mengejar mimpi. Satu hal positif tentang mimpinya adalah, mimpinya tidak
seperti aku yang sebagian masih berdasarkan materi. Mimpi Gusti adalah menjadi
manusia merdeka seutuhnya dengan menolong orang sebanyak-banyaknya. Hal itu
telah diwujudkan melalui serangkaian pengalaman yang luar biasa.
Di antara kesibukannya kuliah dan
berorganisasi, dia masih menyempatkan menjadi guru bagi anak-anak miskin dan
jalanan di Surabaya. Bahkan dia berjuang untuk mendapatkan fasilitas tempat
mengajar yang memadai. Dia tidak digaji, malah dia menyumbangkan sebagian besar
uangnya untuk niat yang mulia tersebut. Melalui berbagai cara yang tentunya
halal, dia berusaha menggalang dana agar anak-anak didiknya dapat menikmati
pendidikan yang layak.
Salah satu hal yang dia lakukan
adalah mencari kontrakan untuk tempat mengajar, sekaligus sebagai tempat
bernaung bagi salah seorang anak didiknya yang rumahnya sangat memprihatinkan.
Selain itu dia juga berjuang mencari sepeda kayuh bagi anak didiknya yang
berjalan kaki begitu jauh hanya untuk menghadiri kelasnya. Hal itu mengingatkan
aku pada tokoh Lintang di novel Laskar Pelangi…
Salah satu mimpi terbesarnya adalah
menjadi menteri pendidikan dan menjadi guru di daerah perbatasan. Pertama kali
aku mendengar dia mengucapkan hal itu, aku rasanya ingin tertawa, namun
akhirnya tawaku semakin lenyap saat melihat wajahnya yang serius. Hal itu
mungkin sangat menggelikan bagi sebagian orang, tapi bagiku, apa yang diimpikan
olehnya merupakan suatu refleksi jiwanya yang sangat peduli dengan nasib
bangsa. Aku yang sangat apatis dan cuek diam-diam merasa malu saat itu.
Dia juga mempunyai keinginan untuk
mempopulerkan wisata alam di Indonesia. Hal itu diwujudkan melalui pengalaman
“gila” nya untuk mengelilingi beberapa daerah di Indonesia, bahkan yang belum
terjamah oleh khalayak umum. Biaya keliling wisata selalu pas-pasan namun
akhirnya ada saja “rejeki” yang dikirimkan Allah buat dia. Dia selalu sula
berkeliling ala “bagpacker” dengan uang yang sangat nekad minimnya… ah some
like crazy…
Dia pernah menyebrangi Bali hingga
Lombok hanya dengan biaya Rp.200rb… aku nyaris tidak percaya saat pertama
mendengarnya. Beberapa saat yang lalu dia juga berhasil ke Gunung Rinjani
melalui medan yang sebetulnya tidak diperbolehkan, tetapi melalui belas kasihan
Yang Maha Kuasa, dia selalu selamat hingga akhir, dan kuharap dia selalu dalam
lindunganNya (ah tambah ga nyambung). Hal-hal menarik seputar perjalanannya ke
tempat-tempat menakjubkan dituangkannya lewat sebuah blog dan blog tersebut
cukup ramai dikunjungi. Dia selangkah menuju cita-citanya menjadi duta
pariwisata.
Saat ini, meskipun kami terpisah
begitu jauh, tapi kadangkala dia memberi kabar tentang petualangannya yang
menakjubkan. Aku menangkap keceriaan dalam setiap pesan singkat yang dia tulis.
Dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku merasa dia orang yang merasakan
kebahagiaan sejati…
Roseta Rossi, dia biasa dipanggil Ochie, tapi aku memanggil dia oze. Dia
adalah teman perhatian dan kasih sayangnya tiada duanya. Dia adalah refleksi
seseorang yang menyadari kelemahannya lalu belajar untuk mengupgrade hal itu
menjadi kelebihan. Dia adalah seseorang yang tidak akan menyerah dengan
kesulitan apapun untuk meraih mimpi. Dia adalah seseorang yang tidak akan
membiarkan sahabat baiknya jatuh sendirian. Dia adalah seseorang yang penuh
kasih terhadap sesamanya, terutama mereka yang kekurangan.
Kebahagiaan hidupnya adalah apabila
dia bisa menolong, bukan hanya menolong sesama manusia, tetapi juga binatang,
karena dia juga seorang yang sangat penyayang terhadap binatang. Dahulu, aku
kadang melihatnya frustasi jika tidak bisa menolong seseorang. Sungguh aku malu
jika melihat hal itu.
Pemberiannya bukan saja
berbentuk materi, tapi juga dalam bentuk kasih sayang kepada sesama.
Nasehat-nasehatnya adalah motivasi dan aku telah banyak belajar kesabaran dari
dia. Satu pelajaran yang sangat berharga…
Dia adalah seseorang yang telah
banyak mengalami banyak sekali perjuangan untuk merubah hiduonya. Telah banyak
yang dia lalui dan aku adalah salah satu orang yang telah banyak menyaksikan
perjuangannya. Sekarang, impiannya menjadi seorang bankir di perusahaan bank
impiannya telah terwujud. Hal itu diwujudkan melalui proses yang panjang dan
sangat tidak mudah.
Saat pertama kali aku mendengar dia
diterima di perusahaan impiannya, aku sangat terharu. Teringat kembali
masa-masa perjuangan yang dia lalui dan begitu panjang penantiannya untuk
mewujudkan cita-citanya itu. Seakan seluruh alam mengamini keharuanku, semua
teman-temanku yang mendengar berita bahagia itu pun juga ikut mengucapkan puji
kepada Yang Maha Kuasa. Memang benar cuplikan dari sebuah ayat, “ Jika
Allah suda mencintai seorang hamba, maka Dia akan menyiarkannya ke seluruh alam
semesta…”