Friday 25 October 2013

Klappertaart




Menjelang mudik ke luar pulau, saya berencana mengosongkan isi kulkas untuk menghindari kemubaziran. Iseng-iseng saya melihat stock kelapa muda yang masih fresh, susu cair dan beberapa butir telur. Setelah mengoprek peralatan di gudang dapur, saya menemukan beberapa cup aluminium. Kayaknya memang cocoknya bikin klappertaart alias pudding kelapa muda asli dari Manado. Resepnya, as usual nyontek resepnya Mbak Ricke Indriani Bunda Nadhifa yang resep aslinya bisa dilihat disini.

Yang jelas, hasilnya lazis dan lembut. Saya memakai dua metode, yang merepotkan dan yang tidak merepotkan. Yang merepotkan artinya yang pake dioven dengan metode au bain marie (ntar ada penjelasannya) dan yang tidak merepotkan adalah yang pake metode masuk kulkas doang. Mana yang lebih enak? Dua-duanya enak dan mantep.

Berdasarkan pengalaman saya, saya bikin ½ resep, dan menghasilkan 10 buah puding dalam cup aluminium diameter 10 cm dan tinggi kurleb 3 cm. Cupnya diisi sekitar ¾ tinggi cup. 

Untuk step-step  membuatnya, yuk langsung cekidot saja. Di bawah ini 1 resep klappertart ya, jadi kalo dimasukin ke cup aluminium kira-kira bisa menghasilkan 15 s/d 20 buah tergantung penuhnya pengisian.

Klappertaart (Resep Ricke Indriani “Bunda Nadhifa”)

Bahan :

750 ml susu cair (fresh milk)
150 – 200 gr gula pasir (tergantung kadar kemanisan yang disuka)
250 ml fresh cream atau whipped cream cair / bubuk
125 gr tepung maizena
75 gr tepung protein sedang
150 gr butter / margarin
6 butir kuning telur kocok lepas
5 butir kelapa muda yang sudah dikerok, bisa juga dipotong memanjang agar lebih rapi (saya pake seadanya, tapi makin banyak makin enak)
½ sdt essence vanilla

Topping :
Kenari, kismis rendam sebentar dalam air panas dan peras, kayu manis bubuk
(topping bisa divariasi sesuai selera, misalnya ditambahkan keju cheddar parut, cherry, bubuk capuchino, dsb)

Topping tambahan untuk versi baked / dioven :
6 butir putih telur
4 sdm gula pasir
2 sdm tepung terigu protein sedang
¼ sdt garam
1 sdt jeruk nipis (bisa diskip kalo lagi ga ada stock, jeruk nipis hanya membantu pengokohan adonan)

Cara membuat:
1.      Campur fresh/whipped cream, tepung maizena, tepung terigu, vanilla essence, dan kuning telur. Aduk rata hingga tercampur rata dan tidak menggerindil, kalau perlu anda bisa menyaringnya.



2.     Ambil kurang lebih 1/3 bagian dari susu cair segar dan masukkan ke dalam campuran nomor 1, aduk rata. Pengalaman saya membuat klappertaart, hal ini membantu untuk mencegah adonan menggerindil / menggumpal saat adonan dituangkan ke larutan susu panas nanti. Sisihkan. 

Masukkan kurang lebih 1/3 susu cair segar ke dalam adonan untuk membuat adonan lebih encer sehingga menghindari resiko menggumpal saat dicampur dengan susu panas
 
3.     Panaskan sisa susu cair dan gula dengan api kecil, aduk aduk supaya susu tidak pecah hingga susu mendidih. Matikan api.


Aduk campuran susu segar dan gula pasir di atas api kecil agar susu tidak menggumpal

Bila susu sudah mendidih seperti ini segera matikan api
4.     Susu panas tersebut masukkan ke dalam adonan fresh / whiped cream dengan cara menuang sedikit sedikit secara kontinyu sambil diaduk cepat agar adonan tidak menggumpal.
5.     Setelah adonan diaduk rata, panaskan kembali adonan di atas api kecil dan aduk-aduk terus secara kontinyu agar tidak menggerindil. Aduk hingga adonan berat dan meletup letup. Matikan api

Memanaskan kembali campuran adonan cream dan susu cair dengan api kecil sambil terus diaduk secara kontinyu agar tidak menggerindil atau menggumpal

Terus diaduk agar tidak menggumpal
Bila adonan sudah berat, kental dan meletup letup seperti di atas, matikan api
 6.     Panas-panas, masukkan butter / margarin dan aduk rata.


Segera setelah api dimatikan, masukkan butter / margarine ke dalam adonan yang masih panas dan aduk rata
7.       Masukkan kelapa muda, aduk rata.


8.       Masukkan ke dalam cup aluminium atau kaca pyrex / kaca tahan panas.

Isi sesuai selera
 9.       Beri topping sesuai selera. 



10. Puding ini bisa langsung dimasukkan kulkas untuk disantap saat dingin, atau dipanggang dalam oven dengan metode au bain marrie, yaitu dengan menggunakan air dalam cetakan besar. Jadi pemanggangannya antara dioven dan ditim.

Versi tidak dipanggang, langsung disendokin nyammm

Jika puding akan dipanggang, siapkan topping putih telur dengan cara:

1.   Kocok putih telur bersama garam dan jeruk nipis. Jeruk nipis bisa diskip kalo lagi ga ada stock atau diganti dengan cuka masak atau jeruk lemon. Kocok dengan high speed hingga berbusa atau setengah mengembang.
2.     Masukkan gula pasir sedikit demi sedkit dan kocok lagi hingga kaku tapi tidak kering (jambul petruk)

Jika sudah setengah mengembang atau berbusa seperti di atas, tambahkan gula pasir sedikit demi sedikit sambil dikocok dengan high speed hingga kaku tapi tidak kering (mirip bikin chiffon)
Kalau pengocok diangkat, akan terbentuk mirip jambulnya petruk, tandanya udah cukup
3.     Masukkan tepung terigu dan kocok sebentar hingga tercampur rata.
4.  Masukkan dalam piping bag dan semprotkan di atas adonan yang telah ditaburi topping. Tidak masalah seberapapun tinggi adonan yang disemprotkan karena akan sedikit turun saat keluar dari oven.

Semprotkan sesuai selera anda


5.  Siapkan wadah stainless steel atau kaca pyrex yang cukup besar untuk menampung cup aluminium. Isi dengan air panas kira-kira 1/3 tinggi cup aluminium yang akan dimasukkan. Jangan terlalu tinggi ya, takutnya air bisa masuk ke dalam puding. Lalu masukkan cup aluminium yang telah diisi puding dan panggang hingga matang atau topping putih telur kecokelatan.

6.  Jika anda kebetulan belum mempunyai wadah besar atau kaca pyrex seperti saya, anda bisa menggunakan cetakan kue yang cukup besar dengan ketinggian minimal 5 cm. Pengalaman saya, jika menggunakan ketinggian 3 atau 4 cm dengan luas yang lebar, maka akan sangat menyulitkan pemangganggan, karena air panas dalam cetakan takutnya akan tumpah. Cetakan tersebut selanjutnya dilapisi bagian dalamnya dengan aluminium foil secara merata. Usahakan pemasangan aluminium foil cukup lebar menjangkau seluruh luas permukaan bagian dalam. Lapisi lagi dengan aluminium foil di atasnya bila perlu untuk mencegah resiko kebocoran saat pemanggangan. Untuk lebih amannya, anda bisa melapisi bagian luar dengan aluminium foil juga, tapi pengalaman saya, melapisi bagian dalam saja sudah cukup. Isi dengan air panas, atau jika anda tidak punya isi dulu dengan air dingin kira-kira 1/3 tinggi cup yang akan dimasukkan dan masukkan dalam oven hingga terdapat gelembung-gelembung  kecil di dasar oven. Kalau sudah demikian, masukkan cup aluminium yang telah berisi puding. Puding siap dipanggang hingga toping putih telur kecokelatan.
Pemanggangan dengan metode ini umumnya agak lama daripada pemanggangan dengan metode biasa.

Loyang kue yang bagian dalamnya telah dilapisi dengan aluminium foil untuk mencegah kebocoran
 7.    Setelah matang dan topping putih telur kecokelatan, keluarkan dan diamkan hingga dingin. Paling nikmat jika puding dimasukkan kulkas dan disantap dingin.

Selamat mencoba.




Versi dipanggang dan tidak dipanggang ==> sama enaknya ;)

Thursday 24 October 2013

Explore Bali – Bedugul (Bagian 14 dari 14)



Ini nih tempat wisata favorit saya, Bedugul. Secara saya penyuka alam pegunungan dan pemandangan indah. Bedugul sendiri merupakan tempat wisata yang ada di Kabupaten Tabanan dan hawanya dingin. Ceritanya, setelah dari Sangeh, saya mengunjungi Bedugul yang memang sejak awal merupakan alasan utama saya pengen ke Bali. Perjalanan dari Sangeh ke Bedugul melewati daerah Baturiti. Bagaimana perjalanannya? Sumpah saya suka banget, jalan sempit, terjal, kelokan-kelokan ekstrim dan tajam, mewarnai perjalanan saya. Kalau saja drivernya bukan andalan saya, mungkin saya tidak bisa menikmati keindahan alam selama perjalanan. Namanya juga daerah pegunungan, maka anda akan melihat perkebunan bunga, ngarai, dsb indah banget. Jalan-jalan ekstrim tersebut akan tembus ke Pasar Baturiti. 








Setelah itu, mulut saya tidak henti-hentinya mengucapkan kekaguman akan keindahan pemandangan yang tersaji. Daerah ini sering sekali hujan, namun saat saya datang, hari sedang mendung dan kabut masih stand by di mana-mana. Mata saya benar-benar termanjakan dengan pemandangan danau yang fenomenal. 






Bangunan indah di gambar atas ini adalah bangunan kosong yang terbengkalai. Dulunya, bangunan ini dibangun untuk penginapan dan taman rekreasi yang indah. Namun belum sempat dijalankan, pemiliknya meninggal (kabarnya dibunuh) sehingga bangunan yang sangat luas dan indah ini terbengkalai hingga sekarang.
Bedugul sendiri, mempunyai tiga budah danau, yaitu Danau Beratan, Danau Buyan, dan Danau Tamblingan. Danau Beratan adalah yang paling terkenal karena letaknya memang yang paling mudah dan tersedia berbagai macam fasilitas seperti speed boat, dsb. Namun, saya paling terkesan dengan Danau Tamblingan, yang menurut saya paling indah. Letaknya paling terpencil dan lagi lagi hujan menerpa saat saya di sana. Lokasinya paling tinggi, jadi kabut ada di mana-mana. 

Saat saya mengunjungi Danau Tamblingan, saya sempat berhenti di tengah perjalanan karena tangan saya udah gatal pingin jeprat jepret pemandangan danau yang fenomenal dari atas. Lalu saya melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan, banyak terdapat perkebunan bunga dan kopi. Anda bisa membeli kopi hangat di warung-warung sekitar sini karena di sini terkenal dengan kopinya, dan juga di sini hawanya dingin banget.

Begitu sampai di Danau Tamblingan, ternyata sedang ada upacara, sehingga kendaraan yang saya tumpangi tidak bisa masuk, karena akses jalan ke danau tidak cukup lebar untuk dua kendaraan. Pas hari hujan, namun keinginan melihat danau tersebut sangat menggebu, akhirnya saya nekad berjalan kaki di jalan setapak sekitar 500 m dari danau. Kanan kiri jalan yang saya lalui dipenuhi dengan hutan lebat. Saya sempat berhenti sejenak untuk memperhatikan sesajen yang diletakkan di depan patung kerdil tepi hutan bersebelahan dengan batu besar dan  pohon besar. Leher saya bergidik, membayangkan sesajen di tempat seperti ini. Lalu saya pun lanjut, dan beruntung karena upacara baru saja selesai. Saya pun takjub dengan pemandangan di sana. Pura di tepi danau, dan keindahan-keindahan lainnya yang tersaji di Danau Tamblingan meskipun diselimuti kesan mistis namun membuat saya kerasan.

Kabut di sepanjang jalan menuju Danau Tamblingan yang sangat tebal

Danau Tamblingan yang sangat indah dilihat dari atas

Jalan menuju Danau Tamblingan dipenuhi dengan kebun bunga dan hutan

Penjual bunga


Sesajen di tepi hutan



Pura di tepi Danau Tamblingan








Pura di dekat tepi danau yang berbatasan dengan hutan memancarkan aura mistis yang kental
Motret sambil diguyur hujan

Panen bunga

Setelah berlama-lama dengan Danau Tamblingan, saya pun melanjutkan perjalanan ke Danau Buyan. Menurut saya pribadi, pemandangan di Danau Buyan merupakan pemandangan paling tidak menarik bagi saya jika didekati. Pendangkalan terlihat jelas di danau ini, namun sepanjang perjalanan saya melihat beberapa kebun stroberi dengan tulisan “Memetik sendiri Oke”. 






Perkebunan stroberi dekat Danau Buyan


 


Setelah melihat-lihat di Danau Buyan, akhirnya saya mengunjungi Danau Beratan. Pura di sisi danau mengingatkan saya pada uang kerta 50rb rupiah. Saya pun memilih transportasi air murmer yaitu perahu bebek, hanya 35rb rupiah sepuasnya, namun tahukah anda, kaki saya mau copot mengayuh kendaraan ini. Paling enak memang kalau mencoba speed boat, tapi cukup mahal menurut saya

Hawa dingin yang menyerang membuat saya lapar, saya pun teringat bahwa makanan enak cukup jauh jaraknya dari sini, padahal perut saya sudah lapar berat. Akhirnya saya mencoba salah satu warung kaki lima di depan danau. Yang jelas setelah saya merasakannya, saya tidak merekomendasikannya, karena itulah kenapa rata-rata pengunjung di sini membawa bekal sendiri.