Rute jalan-jalan kali ini dari
Balikpapan ke Tenggarong. Sebenarnya kalau dipikir-pikir lucu juga, karena saat
liburan tiba, orang Samarinda dan Tenggarong seringkali malah ke Balikpapan
untuk berwisata. Kali ini kebalik, dikarenakan seorang teman dari Jawa belum
pernah kemari, akhirnya diputuskanlah tetep lanjut ke Tenggarong. Tujuan jalan-jalan
kali ini bukan hanya mencari objek yang menarik, namun juga membunuh rasa
penasaran teman saya. Kalau dipikir-pikir lucu juga, karena perjalanan
Balikpapan ke Tenggarong cukup panjang, paling cepat 3 jam, jadi P-P 6 jam, dan
tujuan kami ke Tenggarong bukan untuk wisata alam liar yang menantang, tapi
untuk melihat Museum Mulawarman! Ya sebuah museum dengan perjalanan P-P 6 jam
hehehe. Meski demikian, semangat jalan-jalan kami tetap membara.
Paling enak memulai perjalanan
panjang adalah di pagi hari. Kami mampir sebentar buat beli camilan di
pertokoan sepanjang jalan, setelah itu kami mengendarai kendaraan hingga Km 50.
Tujuannya adalah SARAPAN.
Tempat makan paing populer di Km
50 adalah Tahu Sumedang. Tempat makannya nyaman dan strategis. Selain itu juga
bersih dan lengkap. Makanannya cukup enak. Tahu Sumedang yang dijual rasanya
lezat dan cocok buat camilan sepanjang perjalanan. Di sini, saya memesan ayam kampung
gepuk yang rasanya cukup lezat. Teman saya memesan sup buntut, katanya sih enak
juga.
 |
Sarapan dengan ayam kampung gepuk |
Selesai makan, kami melanjutkan
perjalanan kembali. Kami melewati Bukit Soeharto yang merupakan area perbukitan
dan hutan yang rindang. Sepanjang jalan sangat rindang dan hijau menyegarkan
mata. Di sini, Nampak banyak sekali penjual Lae (durian Kalimantan) dan
cempedak. Kadang-kadang kami juga menemui rambutan liar yang buahnya telah
ranum dan merah, namun terkesan dicuekin.
Setelah melewati Bukit Soeharto
yang panjang, kami mulai memasuki perkotaan, Entah berapa lama, suasananya
biasa-biasa saja menurut saya sampai-sampai saya ketiduran entah berapa lama.
Begitu bangun, kami sudah sampai di daerah Loa Kulu yang artinya sudah dekat
dengan Tenggarong. Di daerah ini terdapat pengisian batu bara ke ponton di
Sungai Mahakam. Kondisi Sungai Mahakam cukup kotor karena memang dekat dengan
pertambangan dan usaha tambak.
 |
Pengisian batu bara ke ponton di Sungai Mahakam |
 |
Beberapa industri di dekat Sungai Mahakam |
 |
Kondisi Sungai Mahakam |
Di sini juga jalan sempit, panas,
berdebu, dan perbaikan jalan yang belum selesai (atau memang sengaja ga
dibuka-buka jalannya) menambah rasa frustrasi saya. Terjadilah untaian macet
yang luar biasa yang mengingatkan saya dengan Jakarta. Bedanya, begitu kami
menengok kanan dan kiri, pemandangan yang tersaji adalah rumah-rumah penduduk
dan pertokoan yang sangat membosankan. Entah berapa lama kemacetan yang menyita
waktu dan perasaan terjadi. Untungnya, teman-teman yang bersama saya cukup
gokil bin konyol. Saya tidak bisa membayangkan kalau teman-teman yang bersama
saya saat itu adalah orang yang membosankan.
Akhirnya, hawa surga terasa saat
kami lepas dari kemacetan. Akhirnya, sampai juga kami di Kota Tenggarong.
Kotanya tetap Indah, bedanya kami mengambil jalur yang berbeda dibandingkan
dengan jalur sebelum jembatan Kukar runtuh. Bekas bangunan jembatan Kukar yang
runtuh masih dapat dilihat dari jauh, namun akses jalan yang menuju ke sana
telah ditutup.
Akhirnya, kami sampai di Museum
Mulawarman. Museum ini berisi tentang benda-benda Kerajaan Kutai, suku dayak,
bahkan kerajaan-kerajaan di Jawa. Bukan itu saja, di sini juga ada guci China,
uang kuno, senjata, fosil tengkorak manusia Purba, benda-benda peralatan Purba,
dsb.
 |
Taman Museum Tenggarong |
 |
Bangunan Museum |
 |
Kursi Raja Kutai |
 |
Mahkota |
Museum ini memiliki lantai bawah
tanah yang menyimpan koleksi guci dan keramik. Tapi, keadaannya cukup seram
menurut saya. Selain itu terdapat sebuah ruangan yang aneh. Ruangan tersebut
terselip di antara lemari guci. Pintunya setengah terbuka, dan bagian dalam
juga dipasang jeruji yang juga setengah terbuka. Yang membuat aneh lagi adalah
tidak ada keterangan ruangan tersebut dan kondisinya gelap gulita. Seandainya
pengunjung tidak boleh masuk, seharusnya minimal ditutup dan ada tulisan
keterangan.
Menurut cerita dari teman-teman
saya, ruangan tersebut cukup angker dan tidak ada yang berani masuk kecuali
orang-orang tertentu. Ada juga yang bilang bahwa ruangan tersebut tidak boleh
dimasuki, entahlah, yang jelas, saya sendiri dan teman-teman saya sama sekali
tidak punya nyali untuk memasukinya.
Toilet di museum letaknya agak
unik karena terletak di lokasi belakang di luar bangunan museum, tepatnya di
belakang bazar, di mana museum ini sendiri dilengkapi dengan bazar yang
menjajakan barang-barang khas Kalimantan. Jadi, orang yang mau ke toilet, musti
melewati bazar-bazar tersebut. Toiletnya ada 3 dan menurut saya juga kurang
bersih. Karena itu saya sarankan jangan lupa bawa aqua dan tissue.