Monday 14 April 2014

Prol Tape (Enak, Simple, Gampang)



Hujan deras malam hari membuat cacing di perut bakar-bakaran ban. Akhirnya celingak celinguk lihat sekeliling tidak kutemukan sesuatu yang bisa dikunyah selain permen (Relaxa lagi...) heeehhh... Terpaksalah membuka lemari utama alias kulkas, dan hanya ditemukan 1 kg tape sisa terapi (hihihi - thanks Mr. Gading)...

Suasana hati dan badan lagi muales banget buat nambah koleksi cucian piring dan lebih males lagi buat banyak bergerak. Akhirnya karena dituntut lidahku yang menuntut untuk mengunyah sesuatu yang enak, diputuskanlah membuat prol tape simple dan enak yang kutemukan di sini.

Material cetakan:
Cetakan 22 cm x 22 cm x 5 cm ==> jangan lupa dioles margarin dan dialasi kertas roti

Bahan:
900 gr Tape singkong
150 gr margarine / butter, lelehkan
225 gr gula pasir
1.5 sdt garam
9 butir telur ayam
210 gr tepung terigu protein sedang
300 ml susu cair
1 butir kuning telur untuk olesan
keju cheddar parut (optional) 

Cara :
1. Tape singkong dilumat-lumat, buang seratnya, campur dengan susu cair dan garam
 
2. Campur gula pasir dan telur, kocok dengan whisk sebentar saja asal tercampur
 
3. Campur jadi satu, campuran tape dan campuran telur, lalu saring (ga disaring juga gapapa asal serat tapenya tidak terlalu banyak, dan bukan untuk dijual ya)
4. Masukkan tepung terigu, aduk rata
5. Masukkan margarine leleh, aduk rata, tuang ke dalam cetakan
6. Panggang ke dalam oven hingga permukaannya mulai kuning semu kecokelatan (kira-kira pada suhu 180o selama 25 menit, tapi tergantung ovennya juga)
7. Keluarkan kue dan oles dengan kuning telur, lalu taburi dengan keju parut (optional)
8. Panggang lagi selama kurang lebih 30 menit atau sampai kecokelatan.
9. Keluarkan dan dinginkan di suhu ruang
10. Potong2 ==> santap sambil nonton tv





Sunday 13 April 2014

Museum Tenggarong



Rute jalan-jalan kali ini dari Balikpapan ke Tenggarong. Sebenarnya kalau dipikir-pikir lucu juga, karena saat liburan tiba, orang Samarinda dan Tenggarong seringkali malah ke Balikpapan untuk berwisata. Kali ini kebalik, dikarenakan seorang teman dari Jawa belum pernah kemari, akhirnya diputuskanlah  tetep lanjut ke Tenggarong. Tujuan jalan-jalan kali ini bukan hanya mencari objek yang menarik, namun juga membunuh rasa penasaran teman saya. Kalau dipikir-pikir lucu juga, karena perjalanan Balikpapan ke Tenggarong cukup panjang, paling cepat 3 jam, jadi P-P 6 jam, dan tujuan kami ke Tenggarong bukan untuk wisata alam liar yang menantang, tapi untuk melihat Museum Mulawarman! Ya sebuah museum dengan perjalanan P-P 6 jam hehehe. Meski demikian, semangat jalan-jalan kami tetap membara.
 
Paling enak memulai perjalanan panjang adalah di pagi hari. Kami mampir sebentar buat beli camilan di pertokoan sepanjang jalan, setelah itu kami mengendarai kendaraan hingga Km 50. Tujuannya adalah SARAPAN. 

Tempat makan paing populer di Km 50 adalah Tahu Sumedang. Tempat makannya nyaman dan strategis. Selain itu juga bersih dan lengkap. Makanannya cukup enak. Tahu Sumedang yang dijual rasanya lezat dan cocok buat camilan sepanjang perjalanan. Di sini, saya memesan ayam kampung gepuk yang rasanya cukup lezat. Teman saya memesan sup buntut, katanya sih enak juga. 
Sarapan dengan ayam kampung gepuk
Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan kembali. Kami melewati Bukit Soeharto yang merupakan area perbukitan dan hutan yang rindang. Sepanjang jalan sangat rindang dan hijau menyegarkan mata. Di sini, Nampak banyak sekali penjual Lae (durian Kalimantan) dan cempedak. Kadang-kadang kami juga menemui rambutan liar yang buahnya telah ranum dan merah, namun terkesan dicuekin.
 
 
 
 
Setelah melewati Bukit Soeharto yang panjang, kami mulai memasuki perkotaan, Entah berapa lama, suasananya biasa-biasa saja menurut saya sampai-sampai saya ketiduran entah berapa lama. Begitu bangun, kami sudah sampai di daerah Loa Kulu yang artinya sudah dekat dengan Tenggarong. Di daerah ini terdapat pengisian batu bara ke ponton di Sungai Mahakam. Kondisi Sungai Mahakam cukup kotor karena memang dekat dengan pertambangan dan usaha tambak.
Pengisian batu bara ke ponton di Sungai Mahakam
Beberapa industri di dekat Sungai Mahakam
Kondisi Sungai Mahakam
Di sini juga jalan sempit, panas, berdebu, dan perbaikan jalan yang belum selesai (atau memang sengaja ga dibuka-buka jalannya) menambah rasa frustrasi saya. Terjadilah untaian macet yang luar biasa yang mengingatkan saya dengan Jakarta. Bedanya, begitu kami menengok kanan dan kiri, pemandangan yang tersaji adalah rumah-rumah penduduk dan pertokoan yang sangat membosankan. Entah berapa lama kemacetan yang menyita waktu dan perasaan terjadi. Untungnya, teman-teman yang bersama saya cukup gokil bin konyol. Saya tidak bisa membayangkan kalau teman-teman yang bersama saya saat itu adalah orang yang membosankan.
Akhirnya, hawa surga terasa saat kami lepas dari kemacetan. Akhirnya, sampai juga kami di Kota Tenggarong. Kotanya tetap Indah, bedanya kami mengambil jalur yang berbeda dibandingkan dengan jalur sebelum jembatan Kukar runtuh. Bekas bangunan jembatan Kukar yang runtuh masih dapat dilihat dari jauh, namun akses jalan yang menuju ke sana telah ditutup.
 
 
 
Akhirnya, kami sampai di Museum Mulawarman. Museum ini berisi tentang benda-benda Kerajaan Kutai, suku dayak, bahkan kerajaan-kerajaan di Jawa. Bukan itu saja, di sini juga ada guci China, uang kuno, senjata, fosil tengkorak manusia Purba, benda-benda peralatan Purba, dsb.
Taman Museum Tenggarong
Bangunan Museum
 

Kursi Raja Kutai
Mahkota

































Museum ini memiliki lantai bawah tanah yang menyimpan koleksi guci dan keramik. Tapi, keadaannya cukup seram menurut saya. Selain itu terdapat sebuah ruangan yang aneh. Ruangan tersebut terselip di antara lemari guci. Pintunya setengah terbuka, dan bagian dalam juga dipasang jeruji yang juga setengah terbuka. Yang membuat aneh lagi adalah tidak ada keterangan ruangan tersebut dan kondisinya gelap gulita. Seandainya pengunjung tidak boleh masuk, seharusnya minimal ditutup dan ada tulisan keterangan. 

Menurut cerita dari teman-teman saya, ruangan tersebut cukup angker dan tidak ada yang berani masuk kecuali orang-orang tertentu. Ada juga yang bilang bahwa ruangan tersebut tidak boleh dimasuki, entahlah, yang jelas, saya sendiri dan teman-teman saya sama sekali tidak punya nyali untuk memasukinya.
Toilet di museum letaknya agak unik karena terletak di lokasi belakang di luar bangunan museum, tepatnya di belakang bazar, di mana museum ini sendiri dilengkapi dengan bazar yang menjajakan barang-barang khas Kalimantan. Jadi, orang yang mau ke toilet, musti melewati bazar-bazar tersebut. Toiletnya ada 3 dan menurut saya juga kurang bersih. Karena itu saya sarankan jangan lupa bawa aqua dan tissue.