Pas ada libur tiga hari di akhir
Bulan Maret kemarin, salah seorang kawan lama dari Surabaya memberi kabar bahwa
dia akan mengunjungi Balikpapan untuk berpetualang. Jadilah saya harus memutar
otak memilih tempat wisata yang cocok dengan karakter, minat, dan kondisi kami
berdua. Secara kebetulan juga kondisi saya masih belum pulih 100% pasca sakit,
dan masih harus melakukan terapi jalan dan mendaki. Jadilah pilihan saya jatuh
ke Wisata Bukit Bangkirai di Km 38, Samboja.
Wisata Bukit Bangkirai merupakan
wisata hutan yang didominasi oleh tumbuhan Bangkirai yang sangat terkenal
dengan kualitas kayunya yang bagus setelah kayu ulin. Di sana disediakan track
jalan setapak sekitar 500 m melewati hutan lebat dan berakhir dengan jembatan
gantungnya yang kecil dan memacu adrenalin karena di ketinggian 30 m. Intinya
kita harus siap mandi keringat dan mengeluarkan tenaga menyusuri trek hutan,
namun bagi pecinta alam, hal ini sangat mengasyikkan. Disarankan mengunjungi
wisata ini minimal dua orang, karena saya tidak bisa membayangkan jika harus
berjalan sendirian di dalam hutan lebat.
Dari Balikpapan kota menuju
wisata Bukit Bangkirai, kami melewati Jalan Kilo. Sepanjang jalan cukup
menyenangkan, namun tetap hati-hati, karena banyak kendaraan yang melaju dengan
kecepatan tinggi. Bagi penyuka buah durian dan kawan-kawannya, jalanan ini
sangat cocok, karena sepanjang jalan akan banyak dijumpai penjual buah durian,
lae (durian khas Kalimantan) dan cempedak. Untuk warung tempat makan yang
istimewa, jujur saya belum menemukannya sepanjang jalan di Kilo. Namun, jika
kebetulan berangkat siang, anda bisa mampir di Warung Padang Upik (cabang Kilo)
yang terletak di Km 5. Sebagai info, Warung Padang Upik ini menurut banyak
orang (apalagi menurut saya) merupakan salah satu warung padang terlezat di
Balikpapan. Apabila anda memulai perjalanan pagi, kemungkinan warung Padang
Upik belum buka, atau belum komplit lauknya. Saran saya, membawa bekal cukup
disarankan.
Akhirnya, setelah menempuh
kecepatan tinggi, kami sampai di persimpangan jalan Km 38, di mana jika menuju
Tenggarong maka harus menempuh jalan lurus, dan jika menuju Wisata Bukit
Bangkirai harus berbelok ke arah kiri. Begitu melihat tulisan plang nama Wisata
Bukit Bangkirai, kawan saya mulai excited, namun ternyata itu belum apa-apa.
Butuh sekitar 45 menit s/d 1 jam baru bisa sampai ke tempat tujuan. Medan
menuju ke tempat tujuan sebagian belum diaspal sehingga jika perjalanan
dilakukan pada musim hujan, siap-siaplah untuk mencuci mobil pasca berwisata.
Sepanjang jalan, ada banyak sekali pohon bangkirai yang menghiasi hutan lebat.
Jujur saya senang sekali karena bisa menghirup udara segar dan menikmati
pemandangan hutan. Bagi yang pertama kali mengunjungi wisata ini, mungkin ada
yang agak bingung, karena selain jarang ditemui orang dan dikelilingi hutan
lebat, petunjuk ke arah tempat wisata juga minim. Selain itu ada jalan
bercabang di tengah-tengah jalan yang bisa saja menyesatkan. Suara binatang
cenggeret nyaring sekali yang menandakan bahwa kualitas hutan masih cukup
bagus. Di tengah perjalanan kami melihat seorang penjual buah cempedak dan lae
(durian Kalimantan) di tepi jalan. Kami heran, apakah ada yang membeli di tengah
hutan lebat ini. Ternyata jawabannya kami terima sepulangnya nanti, di mana
kami terheran-heran melihat dagangan sang penjual hampir habis. Wah…. Benar
juga ada yang beli, batin saya.
 |
pohon pohon bangkirai mendominasi sepanjang jalan |
Setelah beberapa lama, kami
sempat melewati pos yang ternyata sepi tidak berpenghuni. Kamipun terus
melanjutkan perjalanan. Selanjutnya dijumpai gapura selamat datang ke area
wisata yang memiliki beberapa bangunan rumah, namun rupanya kami belum juga
sampai ke tempat wisata yang sebenarnya.
 |
Pos yang sepi |
 |
Perjalanan setelah pos pertama masih harus melewati hutan lagi |
 |
Persimpangan di tengah jalan yang kadanng membingungkan |
 |
Setelah gapura ini masih harus berjalan lagi beberapa meter |
Hingga akhirnya, sampailah kami
ke tempat wisata yang sesungguhnya. Lokasi tempat wisata tersebut cukup sepi,
namun tidak mengurangi antusiasme kami.
 |
Tempat pembelian tiket |
Kami segera membeli tiket masuk
ke area wisata dan tiket masuk memasuki jembatan. Selanjutnya, kami segera
memasuki kawasan hutan yang ditumbuhi oleh pohon-pohon yang tinggi. Ternyata,
di sini terdapat berbagai macam tumbuhan kayu, dan beberapa tumbuhan langka
atau species tertentu dilengkapi dengan papan nama sebagai sarana pengetahuan.
Di sinilah, saya pertama kali mengetahui bentuk tumbuhan ulin, karena selama
ini, saya hanya mengetahui kayunya saja yang sudah siap untuk dijadikan
bangunan. Tidak hanya bangkirai dan ulin yang ada di sini, namun saya juga jadi
tahu tanaman rotan itu seperti apa. Batang yang lentur, kuat dan berduri. Tidak
ketinggalan, tanaman pasak bumi. Ternyata pasak bumi itu tidak begitu tinggi
tumbuhannya, namun apabila dicabut, akarnya sangat panjang ibarat pasaknya
bumi.
 |
Pohon Matoa yang buahnya lezat |
 |
Pohon Ulin yang masih balita |
Di sini dilengkapi dengan papan
peringatan dilarang merokok. Hal ini dimaklumi untuk mencegah kebakaran hutan.
Namun, bagi teman saya, hal ini berarti siksaan sementara baginya.
Selanjutnya, kami melewati Trek
hutan pertama dari total dua trek yang ada di wisata ini. Nama Trek pertama ini
adalah Trek I. M. Prakosa. Panjang trek ini 150 m dan menanjak. Sepanjang trek
adalah hutan lebat dan cukup banyak nyamuk mengganggu. Beberapa spesies pohon
dinamai layaknya manusia dan punya tanggal adopsi.
 |
Jalanan yang cukup menanjak |
 |
Pohon Keruing |
 |
Pohon Bangkirai |
Setelah cukup memeras keringat di
Trek I, akan ditemui Pondok Rehat. Selanjutnya kami langsung disambut Trek II :
Djamaludin, sepanjang 300 m dengan jalan menanjak. Suasana di sini kurang lebih
sama dengan Trek I.
 |
Pondok Rehat |
 |
Gerbang Masuk Trek II |
 |
Seseorang yang baru tahu bentuk asli tanaman rotan |
 |
Rotan |
 |
Rotan |
 |
Rotan |
Selanjutnya sampailah kami di Canopy Bridge / Jembatan kayu gantung.
Jembatan ini terletak di atas ketinggian 30 m sepanjang 64 m dan dihubungkan
oleh lima pohon bangkirai. Menurut keterangan penjaga di sana, jembatan
tersebut dulunya difungsikan untuk membantu penelitian satwa. Jembatan tersebut
cukup sempit dan cukup memacu adrenalin. Meski demikian cukup mengasyikkan
menikmati pemandangan hutan dari atas.
 |
Akses menuju jembatan yang dibangun pada pohon bangkirai |
 |
Suasana hutan dipandang dari atas jembatan |
 |
Jembatan yang sambung menyambung di antara 5 pohon |
 |
Pose lucu |
 |
Pasak Bumi |
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.