Sunday 13 April 2014

Wisata Bukit Bangkirai (Balikpapan - Kaltim)



Pas ada libur tiga hari di akhir Bulan Maret kemarin, salah seorang kawan lama dari Surabaya memberi kabar bahwa dia akan mengunjungi Balikpapan untuk berpetualang. Jadilah saya harus memutar otak memilih tempat wisata yang cocok dengan karakter, minat, dan kondisi kami berdua. Secara kebetulan juga kondisi saya masih belum pulih 100% pasca sakit, dan masih harus melakukan terapi jalan dan mendaki. Jadilah pilihan saya jatuh ke Wisata Bukit Bangkirai di Km 38, Samboja. 

Wisata Bukit Bangkirai merupakan wisata hutan yang didominasi oleh tumbuhan Bangkirai yang sangat terkenal dengan kualitas kayunya yang bagus setelah kayu ulin. Di sana disediakan track jalan setapak sekitar 500 m melewati hutan lebat dan berakhir dengan jembatan gantungnya yang kecil dan memacu adrenalin karena di ketinggian 30 m. Intinya kita harus siap mandi keringat dan mengeluarkan tenaga menyusuri trek hutan, namun bagi pecinta alam, hal ini sangat mengasyikkan. Disarankan mengunjungi wisata ini minimal dua orang, karena saya tidak bisa membayangkan jika harus berjalan sendirian di dalam hutan lebat. 

Dari Balikpapan kota menuju wisata Bukit Bangkirai, kami melewati Jalan Kilo. Sepanjang jalan cukup menyenangkan, namun tetap hati-hati, karena banyak kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi. Bagi penyuka buah durian dan kawan-kawannya, jalanan ini sangat cocok, karena sepanjang jalan akan banyak dijumpai penjual buah durian, lae (durian khas Kalimantan) dan cempedak. Untuk warung tempat makan yang istimewa, jujur saya belum menemukannya sepanjang jalan di Kilo. Namun, jika kebetulan berangkat siang, anda bisa mampir di Warung Padang Upik (cabang Kilo) yang terletak di Km 5. Sebagai info, Warung Padang Upik ini menurut banyak orang (apalagi menurut saya) merupakan salah satu warung padang terlezat di Balikpapan. Apabila anda memulai perjalanan pagi, kemungkinan warung Padang Upik belum buka, atau belum komplit lauknya. Saran saya, membawa bekal cukup disarankan.

Akhirnya, setelah menempuh kecepatan tinggi, kami sampai di persimpangan jalan Km 38, di mana jika menuju Tenggarong maka harus menempuh jalan lurus, dan jika menuju Wisata Bukit Bangkirai harus berbelok ke arah kiri. Begitu melihat tulisan plang nama Wisata Bukit Bangkirai, kawan saya mulai excited, namun ternyata itu belum apa-apa. Butuh sekitar 45 menit s/d 1 jam baru bisa sampai ke tempat tujuan. Medan menuju ke tempat tujuan sebagian belum diaspal sehingga jika perjalanan dilakukan pada musim hujan, siap-siaplah untuk mencuci mobil pasca berwisata. Sepanjang jalan, ada banyak sekali pohon bangkirai yang menghiasi hutan lebat. Jujur saya senang sekali karena bisa menghirup udara segar dan menikmati pemandangan hutan. Bagi yang pertama kali mengunjungi wisata ini, mungkin ada yang agak bingung, karena selain jarang ditemui orang dan dikelilingi hutan lebat, petunjuk ke arah tempat wisata juga minim. Selain itu ada jalan bercabang di tengah-tengah jalan yang bisa saja menyesatkan. Suara binatang cenggeret nyaring sekali yang menandakan bahwa kualitas hutan masih cukup bagus. Di tengah perjalanan kami melihat seorang penjual buah cempedak dan lae (durian Kalimantan) di tepi jalan. Kami heran, apakah ada yang membeli di tengah hutan lebat ini. Ternyata jawabannya kami terima sepulangnya nanti, di mana kami terheran-heran melihat dagangan sang penjual hampir habis. Wah…. Benar juga ada yang beli, batin saya.
pohon pohon bangkirai mendominasi sepanjang jalan



Setelah beberapa lama, kami sempat melewati pos yang ternyata sepi tidak berpenghuni. Kamipun terus melanjutkan perjalanan. Selanjutnya dijumpai gapura selamat datang ke area wisata yang memiliki beberapa bangunan rumah, namun rupanya kami belum juga sampai ke tempat wisata yang sebenarnya. 
Pos yang sepi
Perjalanan setelah pos pertama masih harus melewati hutan lagi
Persimpangan di tengah jalan yang kadanng membingungkan
Setelah gapura ini masih harus berjalan lagi beberapa meter
Hingga akhirnya, sampailah kami ke tempat wisata yang sesungguhnya. Lokasi tempat wisata tersebut cukup sepi, namun tidak mengurangi antusiasme kami. 
Tempat pembelian tiket
Kami segera membeli tiket masuk ke area wisata dan tiket masuk memasuki jembatan. Selanjutnya, kami segera memasuki kawasan hutan yang ditumbuhi oleh pohon-pohon yang tinggi. Ternyata, di sini terdapat berbagai macam tumbuhan kayu, dan beberapa tumbuhan langka atau species tertentu dilengkapi dengan papan nama sebagai sarana pengetahuan. Di sinilah, saya pertama kali mengetahui bentuk tumbuhan ulin, karena selama ini, saya hanya mengetahui kayunya saja yang sudah siap untuk dijadikan bangunan. Tidak hanya bangkirai dan ulin yang ada di sini, namun saya juga jadi tahu tanaman rotan itu seperti apa. Batang yang lentur, kuat dan berduri. Tidak ketinggalan, tanaman pasak bumi. Ternyata pasak bumi itu tidak begitu tinggi tumbuhannya, namun apabila dicabut, akarnya sangat panjang ibarat pasaknya bumi.
Pohon Matoa yang buahnya lezat
Pohon Ulin yang masih balita
 



Di sini dilengkapi dengan papan peringatan dilarang merokok. Hal ini dimaklumi untuk mencegah kebakaran hutan. Namun, bagi teman saya, hal ini berarti siksaan sementara baginya.
Selanjutnya, kami melewati Trek hutan pertama dari total dua trek yang ada di wisata ini. Nama Trek pertama ini adalah Trek I. M. Prakosa. Panjang trek ini 150 m dan menanjak. Sepanjang trek adalah hutan lebat dan cukup banyak nyamuk mengganggu. Beberapa spesies pohon dinamai layaknya manusia dan punya tanggal adopsi.
Jalanan yang cukup menanjak
Pohon Keruing


Pohon Bangkirai
 
Setelah cukup memeras keringat di Trek I, akan ditemui Pondok Rehat. Selanjutnya kami langsung disambut Trek II : Djamaludin, sepanjang 300 m dengan jalan menanjak. Suasana di sini kurang lebih sama dengan Trek I. 
Pondok Rehat
Gerbang Masuk Trek II
 






Seseorang yang baru tahu bentuk asli tanaman rotan
Rotan


Rotan
Rotan
 



Selanjutnya sampailah kami di Canopy Bridge / Jembatan kayu gantung. Jembatan ini terletak di atas ketinggian 30 m sepanjang 64 m dan dihubungkan oleh lima pohon bangkirai. Menurut keterangan penjaga di sana, jembatan tersebut dulunya difungsikan untuk membantu penelitian satwa. Jembatan tersebut cukup sempit dan cukup memacu adrenalin. Meski demikian cukup mengasyikkan menikmati pemandangan hutan dari atas. 



Akses menuju jembatan yang dibangun pada pohon bangkirai



Suasana hutan dipandang dari atas jembatan
 

Jembatan yang sambung menyambung di antara 5 pohon


 
Pose lucu


Pasak Bumi
 

 


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.