Wednesday 12 March 2014

Menemukan Harta Karun : Bingka Kentang Hj. Amin Balikpapan


Ceritanya, pas buka gmail, ternyata masih ada yang like blogku di wordpress jaman baheula.... wah terharu, secara sudah lamaaaaaaaaa bwanget kutinggalkan, udah lupa lagi passwordnya, dan udah punya yang baru di blogger... maafin aku my fantasticrab. Kubuka-buka ternyata dulu aku sempat nulis banyak banget... ngakak sendiri waktu baca-baca beberpa posting jaman dulu, hmm... ternyata bahasaku lebay banget, sampai malu sendiri.... so pada di copas aja dan dihapus vocabulary lebay alaynya biar si My perceptionku ini tambah rame ^____^

Kue bingka khas Balikpapan bukanlah kuliner yang asing lagi di Balikpapan. Kue ini masih merupakan saudara dari kue lumpur, namun menurutku sensasi rasanya beda banget. Kue lumpur rasanya datar dan gak menggigit, kue bingka sendiri rasanya gurih dan lebih lezat, ya tapi kembali lagi pada selera masing-masing ya...
Kue bingka mempunyai beberapa macam jenis, ada kue bingka kentang, pisang, telur, keju, cokelat, pandan, labu kuning, dll. Di antara semua jenis kue bingka tersebut, kue bingka kentanglah yang paling terkenal. Rasa dan tekstur kentang sangat kental menghiasi rasa dari kue bingka kentang.
Banyak sekali dijual kue bingka di Balikpapan, dan tiap orang punya jagoan sendiri-sendiri. Misalnya yang terkenal salah satunya adalah Kue Bingka Stall Kuda yang berada dekat dengan Balikpapan Super Block (BSB). Menurutku, bingka Stall Kuda memang lezat terutama yang versi mininya. Entahlah, yang jelas, apa mungkin karena ukuran mini ini jadi taste area "kulit gosongnya" lebih mendominasi dari pada versi gedenya plus sensasi chungky kentangnya di tengah kue yang enakk itu sehingga sensasinya lebih lezat. 
Namun, di antara semua kue bingka, menurutku, menurutku lho ya (coz ada juga yang ternyata ga setuju) yang paling juara di lidahku adalah kue bingka kentang yang dijual oleh H. Amin di daerah Pelabuhan Semayang. Rasanya seolah-olah tidak dimasak menggunakan tepung alias flourless (kali ya), entahlah, yang jelas, saat menggigit, teksturnya seperti hanya benar-benar dari kentang yang nendaaaang banget karena di ditendang oleh gurihnya santan dan telur yang makin bikin enak. Manisnya juga menurutku pas.
Di sana, kue bingka kentang H. Amin selalu laris manis. Toko tersebut buka pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WITA dan jangan heran jika anda datang ke sana agak siang akan menemukan bahwa bingka kentang tersebut sudah habis.
Toko H. Amin selalu membuat bingka kentang secara terbatas, dan sebagian besar bingka kentang tersebut telah dipesan sebelumnya oleh banyak orang. Makanya jika ingin mendapatkan bingka kentang tersebut, harus pesan dulu. Cuman sayang banget, bingka lezat ini dijual hanya pada saat Bulan Ramadhan saja. Pak Amin... Pak Amin... bagi resepnya donk....

Inilah gambar bingka H. Amin yang enak itu… :D~

Satu, cukup buat berenam ;)

Sekilas Tentang Beberapa Film2nya Tom Hanks (The Green Mile dan Cast Away)


Ceritanya, pas buka gmail, ternyata masih ada yang like blogku di wordpress jaman baheula.... wah terharu, secara sudah lamaaaaaaaaa bwanget kutinggalkan, udah lupa lagi passwordnya, dan udah punya yang baru di blogger... maafin aku my fantasticrab. Kubuka-buka ternyata dulu aku sempat nulis banyak banget... ngakak sendiri waktu baca-baca beberpa posting jaman dulu, hmm... ternyata bahasaku lebay banget, sampai malu sendiri.... so pada di copas aja dan dihapus vocabulary lebay alaynya biar si My perceptionku ini tambah rame ^____^

Pak Tom Wes Tuwo
 Alasan aku memilih Film2 Tom Hanks untuk dibahas dalam blogku adalah aku mengagumi makna pesan dari hampir sebagian besar filmnya, dan film-filmnya rata-rata bisa menyentuh hatiku. Tom Hanks sendiri lahir pada 9 Juli 1956. Hmmm… deketan sama bulan kelahiran Syauqi…
Sebagai aktor watak, film-film yang dibintanginya mempunyai makna yang dalam dan mampu menghanyutkan penonton. Sebutlah The Green Mile, Cast away, Saving Private Ryan, The Da Vinci Code, Angel and Demon, Forrest Gump, The Terminal, Sleepless in Seattle de el el. Buat dua film teratas aku acungi jempol empat (pake jempol kaki). Yang kusebutin terakhir tuh Sleepless in Seattle sukaaaa bangett, so romantic :)
The Green Mile adalah film yang menguras air mataku dan Cast Away adalah film yang membuat aku tersadar betapa pentingnya arti perjuangan sesulit apapun yang terjadi.  Buat Saving Private Ryan memang banyak yang suka, tapi aku pribadi kurang tersentuh. Satu poin istimewa dari film Saving Private Ryan adalah nasehat yang tersirat dari film tersebut. Di mana untuk memperjuangkan hidup seseorang (Ryan) Tom Hanks dan kawan-kawannya harus gugur. Buat Forrest Gump, film jadul satu ini banyak juga yang suka, tapi lagi lagi aku pribadi kurang suka, filmnya menurutku kurang menggigit. Tapi pesan yang disampaikan bolehlah…. Buat The Terminal lumayan bagus. Andai saja bagian film yang tidak masuk akal (seperti pekerjaan yang diperoleh Tom Hanks secara mendadak sebagai kontraktor dan pembangunan air mancur mini dalam bandara) ditiadakan, pasti aku kasi jempol juga. But sorry for Da Vinci Code dan Angel and Demon, karena   menurutku mending baca novelnya aja, jauh lebih seru...


The Green Mile memberikan pesan bahwa sifat seseorang tidak bisa dinilai dari penampilannya. Dalam film yang berdurasi kurang lebih 3 jam (kalo ga salah) The Green Mile benar-benar mampu menghanyutkan penontonnya (aku maksudnya).
Dalam  film tersebut Tom Hanks berperan sebagai Paul Edgecomb yang bekerja sebagai kepala penjaga di penjara Coal Mountain Lousiana pada tahun 1935. Di situ Tom Hanks diceritakan sebagai kepala penjaga yang baik dan hormat kepada para napi. Hingga suatu hari datanglah seorang penjahat besar yang dituduh atas kasus kejahatan seksual terhadap anak kecil, John Coffey, yang diperankan dengan sangat baik oleh Michael Clarke Duncan (pernah main di Armageddon). John ini berkulit hitam dengan wajah sadis dan tubuh besar. Awalnya orang akan menyangka bahwa dia benar-benar seorang penjahat yang keji, namun percayalah dia bahkan orang yang hatinya lebih lembut dari hatiku …
John Coffey waktu baru tiba, penampilannya memang seolah-olah seperti reputasinya
John ini ternyata sangat menderita. Apa pasal? Ternyata dia mempunyai kekuatan ajaib untuk menyerap kesedihan dan penyakit orang. Sehingga orang yang disembuhkannya bisa kembali bebas dari rasa sakit atau deritanya. Namun, hal itu berarti John menanggung semua kesedihan dan kesakitan orang-orang yang disembuhkannya. Kasihan John… 
Dalam tawanan tersebut, timbullah jalinan persahabatan yang dekat antara John dengan Paul. Akan tetapi, bagaimanapun pada akhirnya John harus dieksekusi mati di kursi listrik. Eksekusi tersebut sangat mengerikan, bagi yang mengalami dan juga bagi yang melihatnya. Seseorang yang sebelumnya diikat erat dengan pengunci besi di kursi, akan dibasahi kepalanya dengan kain, lalu kepalanya akan dipasang alat yang agak mirip  helm besi. Selanjutnya dia akan disetrum hingga mati. 
Pada malam hari sebelum hari eksekusi tiba, merupakan saat yang sangat mengharukan. Pada saat itu, Paul bertanya pada John, “John, apa hal terakhir yang kau inginkan?”. John menjawab “Paul, aku belum pernah menonton film”. Saat itulah Paul memutarkan film untuk John yang juga ditonton oleh para napi yang lain. Saat itu aku sudah nangis. Bagaimana tidak, ekspresi John saat mengucapkannya benar-benar menyedihkan dengan mata sayu. Secara wajahnya Clarke Duncan emang melas gitu...
Ekspressi John saat pertama kali menonton film menjelang eksekusi mati
Keesokan harinya saat hari eksekusi tiba, Paul memimpin pelaksanaan eksekusi terhadap sahabatnya sendiri, John. Terlihat sekali dia nyaris tidak sanggup melakukannya. Namun akhirnya eksekusi pun dilaksanakan.
Plot film kemudian maju begitu jauh, menceritakan saat Paul berumur 108 tahun dan masih segar bugar. Ternyata, Paul seolah-olah dihukum oleh Tuhan karena mempunyai andil atas kematian John yang notabene orang yang dikasihi Tuhan. Paul diberi umur yang sangat panjang agar dia menyaksikan kematian orang-orang yang dicintainya (istri, anak, dsb). 
Anyway, The Green Mile, meskipun jadul abis, tapi selalu terkenang di hati :)

Selanjutnya The Cast Away, Speechless kalo ngomongin film yang satu ini. (menurutku) top banget, yaaa walaupun endingnya itu, ga enak banget dan ga memuaskan hati....
Inti ceritanya adalah Chuck Noland (Tom Hanks) dari Memphis adalah karyawan FedEx (tukang antar barang express). Dia punya kekasih bernama Kelly. Pada saat malam natal, si Chuck harus meninggalkan kekasihnya demi pekerjaan, tetapi dia berjanji tahun baru dia sudah pulang. Sebelum Chuck pergi, Kelly memberi hadiah liontin yang di dalamnya terdapat foto Kelly.
Akhirnya berangkatlah Chuck dengan mengendarai pesawat bersama rekan-rekannya melintasi lautan Pasifik. Rupanya cuaca sedang buruk. Alhasil, pesawat yang ditumpangi Chuck mengalami kecelakaan dan karam di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Seluruh penumpang pesawat kecuali Chuck tewas. Chuck menghadapi kenyataan bahwa dirinya berada di Pulau terpencil sendirian.


Menghadapi hal seperti itu, sungguh ironis. Dia hidup di sebuah tempat yang tidak dihuni manusia dan penuh hutan. Chuck sempat shock beberapa saat menyadari hal itu.  
Tapi dia segera bangkit. Dia melihat barang-barang kiriman FedEx yang masih tersisa dari bangkai pesawat. Dia bergegas memilih barang-barang yang bisa digunakan untuk bertahan hidup. Chuck memakai kardus kemasan untuk selimut dan rumah sederhana yang memberinya kehangatan di malam hari. Selain itu dia mencoba membuat api dengan menggesek-gesek kayu. Hal itu benar-benar cobaan bagi Chuck, karena membuat api dengan cara manual ternyata tidaklah mudah. Chuck harus menggesek-gesekkan kayu hingga tangannya luka dan berdarah. Chuck mulai putus asa, dia merasa kesal dan marah karena usahanya membuat api malah berujung pada luka di tangannya. Akhirnya dia melampiaskan kekesalannya dengan cara memukulkan tangnnya yang bedarah ke sebuah bola voli (salah satu barang FedEx yang akan dikirimkan). Beberapa saat kemudian, Chuck memperhatikan bola voli yang dia pukul dan menyadari bahwa bekas noda darahnya di bola voli bisa bermanfaat. Chuck akhirnya membentuk wajah manusia dari bercak darah yang ada pada bola voli tersebut. Bola itulah yang akhirnya menjadi teman bicara Chuck selama terdampar. Chuck menamainya Wilson.
Wilson ternyata sangat berguna dalam membantu Chuck untuk tetap waras dan bertahan hidup. Pada akhirnya Chuck berhasil membuat api, dan dia sangat kegirangan dengan hal itu. Selanjutnya dia juga berhasil mencari sumber air minum dari buah kelapa. Dia juga memanfaatkan pisau di bagian bawah sepatu skater sebagai pisau untuk bertahan hidup. Foto Kelly dalam liontin dan Wilson merupakan penyemangatnya untuk survive.


Salah satu adegan yang cukup menarik adalah, saat Chuck mengalami sakit gigi dan dia tidak punya alat atau obat untuk meringankan sakitnya. Akhirnya  
Chuck memutuskan untuk mencabut gigi yang sakit tersebut. Tapi masalahnya, gigi tersebut adalah gigi geraham yang kuat dan besar, bagaimana mungkin sanggup mencabutnya??? Tapi Chuck tetap nekad. Dia menempelkan ujung tajam pisau dari sepatu skatter, dan bersiap untuk memukul ujung pisau lainnya dengan batu yang dia gunakan untuk mendorong gigi yang sakit! Dia mencoba memukul pelan awalnya, dan seperti yang diprediksi sebelumnya, sakiiiiit!!! Ngeliatnya ngilu banget... Udah kepalang basah, Chuck tetap memutuskan untuk mencabutnya. Pada aksi berikutnya, dia mengambil ancang-ancang untuk memukul ujung pisau dengan batu dengan pukulan yang keras. Terdengar suara ketakutan sekaligus kenekadan dari suara Chuck. Akhirnya “Dugg!!!!” yang diikuti teriakan Chuck, “Aaargggghhh…!!!!”, terlihat gigi yang terbang dengan darah muncrat dan Chuck pun pingsan…
Setelah 4 tahun lamanya, Chuck sudah mempunyai “database” tentang ombak. Dengan database tersebut Chuck berencana untuk membebaskan diri dari pulau tersebut. Dia berusaha membuat perahu yang dia rakit dari kayu-kayu di hutan (dalam film ditunjukin kayaknya si Chuck penyumbang kegundulan hutan terbesar di pulau itu).
Si Tom jadi kurus
Awal percobaan melepaskan diri dari pulau gagal karena peahunya gagal melewati ombak besar. Perahunya hancur. Percobaan kedua dengan tak lupa mengajak Wilson “sang sahabat setia” dia berhasil melewati ombak besar yang akhirnya membuat dia mendapat posisi nyaman di lautan. Namun, badai belum berakhir, cuaca buruk menerpa Chuck dan Wilson yang berada di atas perahu sampan sederhana, mirip milik orang purba. Suatu pagi yang cerah, entah karena kelelahan atau apa, Chuck ketiduran. Sebuah ombak besar datang dan menerpa tiba-tiba. Wilson terlempar dari perahu. Chuck yang tahu akan hal itu kaget dan berusaha meraih Wilson. Wilson semakin menjauh, namun Chuck tidak menyerah. Dia tidak mau kehilangan “sahabatnya”. Apa daya, pada suatu titik, akhirnya Chuck harus memilih, memilih Wilson yang semakin jauh dari perahunya dengan resiko kehilangan perahunya, atau kembali ke perahunya dengan resiko kehilangan Wilson. Akhirnya, otak Chuck yang masih waras memilih untuk meninggalkan Wilson dan kembali ke perahunya. Chuck menangis semalaman karena kehilangan Wilson. Dia menangis semalaman hingga kecapean….
Keesokan harinya yang cerah, Chuck merasakan semburan air dari ikan paus yang membuatnya terbangun. Saat Chuck membuka mata, dia melihat ada kapal besar. Chuck merasakan harapan. Akhirnya Chuck tertolong dan dapat kembali ke Memphis…
Setibanya di Memphis, Chuck sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Kelly. Plot film segera mengarah ke rumah Kelly dan menggambarkan Kelly yang sedang menerima telepon dan tiba-tiba pingsan. Rupanya Kelly kaget bukan main mendengar kabar bahwa Chuck masih hidup dan kembali, karena saat ini dia sudah menikah dengan orang lain dan sudah memiliki seorang anak.
Saat bertemu dengan Chuck, Kelly tergoda untuk kembali bersama Chuck. Namun Chuck yang telah memahami apa yang terjadi dengan Kelly, merelakan Kelly dan malah menyuruh Kelly untuk kembali ke keluarganya.
Ending yang mengecewakan adalah, saat Chuck sudah kembali ternyata keluarganya sudah pindah, sehingga Chuck sendirian juga....
Chuck menyadari bahwa meskipun perjuangan beratnya pada akhirnya tidak berakhir seperti yang diharapkan, namun dia tetap mempeoleh “upah” dari kerja kerasnya itu berupa kebebasan menuju peradaban hidupnya yang dulu. Dalam perjuangan yang berat, pasti ada pengorbanan, seperti kehilangan Wilson. but , Life Must Go On….so…. sama juga buatku, meskipun hari-hariku tanpa Syauqi, Life must go on .....






Monday 10 March 2014

Hidup Sunyi Tanpa Syauqi

Sore ini sebenarnya waktunya pulang kantor. Harusnya ini adalah momen yang ditunggu-tunggu karyawan manapun kecuali yang lagi ngejar deadline, namun justru ini menjadi momen yang menakutkan bagiku. Aku takut pulang. Aku takut melihat mainan-mainan Syauqi yang masih berserakan di lantai. Aku takut melihat coretan-coretan krayonnya di dinding. Aku takut melihat pakaiannya yang masih menggantung di beberapa sudut ruangan. Aku takut dengan aromanya yang masih terasa samar di rumah. Pokoknya aku takut.... Aku takut nangis terus.....

Sudah seminggu lebih, artinya sejak terakhir aku mengantarnya ke bandara untuk dititipkan pada ibuku. Yah, itu adalah keputusan terbaik baginya, tapi tidak bagiku. Kasian dia, tidak terurus di sini dan makin kurus. Aku merasa bukan ibu yang baik. Rasanya, hari ini juga aku pengen resign saja. Di sana, akan banyak orang yang mencintai dan memperhatikannya, meskipun aku akan tidak melihatnya dalam waktu yang lama.

Aku masih ingat, aku bahkan tidak menangis saat mengantarnya ke bandara hari itu. Namun, dua hari setelahnya aku jatuh sakit dan harus empat hari opname di RS. Opname kedap kedip sendirian di atas tempat tidur dan kepalaku terlalu sakit untuk menghibur diri. Tiap hari aku menangis. Aku tidak terbiasa berpisah dengan dia, sangat tidak terbiasa. Namun, di sisi lain, aku senang, saat meneleponnya dia terdengar ceria sekali. Banyak kegiatan, banyak temannya, dan banyak sekali kelaurga yang mengelilinya. Pantas dia senang. Di sini? Susah sekali mencari teman untuknya, apalagi teman yang cocok. Sudah gitu tidak ada pengasuh yang bener2 sreg di hati. Kasian anakku. Maafkan aku ya nak hiks..... T__T

Bahkan saat ini, terdengar lagunya The Cranberries "Instinct Animal", tahukan itu lagu yang video klipnya tentang ibu yang dipisahkan dari anak2nya yang masih kecil. Haaah... tambah mewek. Kok ya sekuel berikutnya lagunya The Corrs "The Hardest Day"... pas lirik chorusnya "never wanna wake up from this night, never wanna leave this moment, waiting for you only, only you, never gonna forget, every single thing you do, loving you is my finest hour, leaving you, the hardest day of my life" Yahhh tambah deh aku nangis bombay ties. Jadi mirip dengan malam-malam yang akhir akhir ini kuhabiskan. Aku seperti orang gila, ga tahu bagaimana harus menghibur diriku, dan memang ga ada hiburannya.