Sumber dari: http://msudarman.wordpress.com/2011/04/27/dendam-positif-2/#comment-471
Di sebuah perusahaan pertambangan minyak
di Arab Saudi, di akhir tahun40-an. Seorang pegawai rendahan, remaja
lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram
tenggorokannya kering. Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang
tampak didepannya dan bersegera mengisi air dingin ke dalam gelas.
Belum sempat ia minum, tangannya terhenti
oleh sebuah hardikan: “Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma
pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur”
Suara itu berasal dari mulut seorangi
nsinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut. Remaja itu akhirnya
hanya terdiam menahan haus. Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan
sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan
lembaga Tahfidz Quran, tapi keahlian itu tidak ada harganya di
perusahaan minyak yang saat itu masih dikendalikan oleh manajeman
Amerika.
Hardikan itu selalu terngiang di
kepalanya. Ia lalu bertanya-tanya: Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa
segelas air saja dilarang untuk ku? Apakah karena aku pekerja rendahan,
sedangkan mereka insinyur ?
Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?
Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?
Pertanyaan ini selalu tengiang-ngiang
dalam dirinya. Kejadian ini akhirnya menjadi momentum baginya untuk
membangkitkan”DENDAM POSITIF”
Akhirnya muncul komitmen dalam
dirinya. Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan
sekolah malam hari. Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar
ketertinggalannya.
Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya. Buah kerja kerasnya menggapai hasil. Ia akhirnya bisa lulus SMA.
Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu. Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S1 bidang teknik dan master bidang geologi. Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang kenegerinya dan bekerja sebagai insinyur.
Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu. Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S1 bidang teknik dan master bidang geologi. Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang kenegerinya dan bekerja sebagai insinyur.
Kini ia sudah menaklukkan dendamnya,
kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang
baginya. Apakah sampai di situ saja. Tidak, karirnya melesat terus. Ia
sudah terlatih bekerja keras dan mengejar ketinggalan, dalam pekerjaan
pun karirnya menyusul yang lain. Karirnya melonjak dari kepala bagian,
kepala cabang, manajer umum sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil
direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal
saat itu.
Ada kejadian menarik ketika ia menjabat
wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, kini
justru jadi bawahannya.
Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata; “Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu”
Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata; “Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu”
Apa jawab sang wakil direktur mantan
pekerja rendahan ini: “Aku ingin berterimakasih padamu dari lubuk hatiku
paling dalam karena kau melarang aku minum saat itu. Ya dulu aku benci
padamu. Tapi, setelah izin Allah, kamu lah sebab kesuksesanku hingga aku
meraih sukses ini. ”
Kini dendam positif lainnya sudah tertaklukkan. Lalu apakah ceritanya sampai di sini?Tidak. Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab.
Kini dendam positif lainnya sudah tertaklukkan. Lalu apakah ceritanya sampai di sini?Tidak. Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab.
Tahukan Anda apa perusahaan yang
dipimpinnya? Perusahaan itu adalah Aramco (Arabian American Oil
Company)perusahaan minyak terbesar di dunia.
Ditangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini perusahaaan ini menghasilakn 3.4 juta barrels (540,000,000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4.20×1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas.
Atas prestasinya Ia ditunjuk Raja Arab Saudi untuk menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap dunia.
Ditangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini perusahaaan ini menghasilakn 3.4 juta barrels (540,000,000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4.20×1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas.
Atas prestasinya Ia ditunjuk Raja Arab Saudi untuk menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap dunia.
Tahukah kisah siapa ini? Ini adalah kisah
Ali bin Ibrahim Al-Naimi yang sejak tahun 1995 sampai saat ini (2011)
menjabat Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi.
Terbayangkah, hanya dengan mengembangkan
hinaan menjadi dendam positif, isu air segelas di masa lalu membentuknya
menjadi salah seorang penguasa minyak yang paling berpengaruh di
seluruh dunia.
Itulah kekuatan”DENDAM POSITIF”
Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita. Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan akan menimpa kita.
Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita. Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan akan menimpa kita.
Tapi kita sepenuhnya punya kendali bagaimana menyikapinya.
Apakah ingin hancur karenanya? Atau bangkit dengan semangat “Dendam Positif.”
Apakah ingin hancur karenanya? Atau bangkit dengan semangat “Dendam Positif.”