Ini nih tempat wisata favorit
saya, Bedugul. Secara saya penyuka alam pegunungan dan pemandangan indah. Bedugul
sendiri merupakan tempat wisata yang ada di Kabupaten Tabanan dan hawanya
dingin. Ceritanya, setelah dari Sangeh, saya mengunjungi Bedugul yang memang
sejak awal merupakan alasan utama saya pengen ke Bali. Perjalanan dari Sangeh
ke Bedugul melewati daerah Baturiti. Bagaimana perjalanannya? Sumpah saya suka
banget, jalan sempit, terjal, kelokan-kelokan ekstrim dan tajam, mewarnai
perjalanan saya. Kalau saja drivernya bukan andalan saya, mungkin saya tidak
bisa menikmati keindahan alam selama perjalanan. Namanya juga daerah
pegunungan, maka anda akan melihat perkebunan bunga, ngarai, dsb indah banget.
Jalan-jalan ekstrim tersebut akan tembus ke Pasar Baturiti.







Setelah itu, mulut saya tidak
henti-hentinya mengucapkan kekaguman akan keindahan pemandangan yang tersaji.
Daerah ini sering sekali hujan, namun saat saya datang, hari sedang mendung dan
kabut masih stand by di mana-mana. Mata saya benar-benar termanjakan dengan
pemandangan danau yang fenomenal.
 |
Bangunan indah di gambar atas ini adalah bangunan kosong yang terbengkalai. Dulunya, bangunan ini dibangun untuk penginapan dan taman rekreasi yang indah. Namun belum sempat dijalankan, pemiliknya meninggal (kabarnya dibunuh) sehingga bangunan yang sangat luas dan indah ini terbengkalai hingga sekarang. |
Bedugul sendiri, mempunyai tiga
budah danau, yaitu Danau Beratan, Danau Buyan, dan Danau Tamblingan. Danau
Beratan adalah yang paling terkenal karena letaknya memang yang paling mudah
dan tersedia berbagai macam fasilitas seperti speed boat, dsb. Namun, saya
paling terkesan dengan Danau Tamblingan, yang menurut saya paling indah.
Letaknya paling terpencil dan lagi lagi hujan menerpa saat saya di sana.
Lokasinya paling tinggi, jadi kabut ada di mana-mana.
Saat saya mengunjungi Danau
Tamblingan, saya sempat berhenti di tengah perjalanan karena tangan saya udah
gatal pingin jeprat jepret pemandangan danau yang fenomenal dari atas. Lalu
saya melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan, banyak terdapat perkebunan
bunga dan kopi. Anda bisa membeli kopi hangat di warung-warung sekitar sini
karena di sini terkenal dengan kopinya, dan juga di sini hawanya dingin banget.
Begitu sampai di Danau
Tamblingan, ternyata sedang ada upacara, sehingga kendaraan yang saya tumpangi
tidak bisa masuk, karena akses jalan ke danau tidak cukup lebar untuk dua
kendaraan. Pas hari hujan, namun keinginan melihat danau tersebut sangat
menggebu, akhirnya saya nekad berjalan kaki di jalan setapak sekitar 500 m dari
danau. Kanan kiri jalan yang saya lalui dipenuhi dengan hutan lebat. Saya
sempat berhenti sejenak untuk memperhatikan sesajen yang diletakkan di depan
patung kerdil tepi hutan bersebelahan dengan batu besar dan pohon besar. Leher saya bergidik,
membayangkan sesajen di tempat seperti ini. Lalu saya pun lanjut, dan beruntung
karena upacara baru saja selesai. Saya pun takjub dengan pemandangan di sana.
Pura di tepi danau, dan keindahan-keindahan lainnya yang tersaji di Danau
Tamblingan meskipun diselimuti kesan mistis namun membuat saya kerasan.
 |
Kabut di sepanjang jalan menuju Danau Tamblingan yang sangat tebal |
 |
Danau Tamblingan yang sangat indah dilihat dari atas |
 |
Jalan menuju Danau Tamblingan dipenuhi dengan kebun bunga dan hutan |
 |
Penjual bunga |
 |
Sesajen di tepi hutan |
 |
Pura di tepi Danau Tamblingan |
 |
Pura di dekat tepi danau yang berbatasan dengan hutan memancarkan aura mistis yang kental |
 |
Motret sambil diguyur hujan |
 |
Panen bunga |
Setelah berlama-lama dengan Danau
Tamblingan, saya pun melanjutkan perjalanan ke Danau Buyan. Menurut saya
pribadi, pemandangan di Danau Buyan merupakan pemandangan paling tidak menarik
bagi saya jika didekati. Pendangkalan terlihat jelas di danau ini, namun
sepanjang perjalanan saya melihat beberapa kebun stroberi dengan tulisan
“Memetik sendiri Oke”.
 |
Perkebunan stroberi dekat Danau Buyan |
Setelah melihat-lihat di Danau
Buyan, akhirnya saya mengunjungi Danau Beratan. Pura di sisi danau mengingatkan
saya pada uang kerta 50rb rupiah. Saya pun memilih transportasi air murmer
yaitu perahu bebek, hanya 35rb rupiah sepuasnya, namun tahukah anda, kaki saya
mau copot mengayuh kendaraan ini. Paling enak memang kalau mencoba speed boat,
tapi cukup mahal menurut saya.
Hawa dingin yang menyerang membuat saya lapar,
saya pun teringat bahwa makanan enak cukup jauh jaraknya dari sini, padahal
perut saya sudah lapar berat. Akhirnya saya mencoba salah satu warung kaki lima
di depan danau. Yang jelas setelah saya merasakannya, saya tidak merekomendasikannya,
karena itulah kenapa rata-rata pengunjung di sini membawa bekal sendiri.
Danau Tamblingan, tempat paling eksotis yang saya kunjungi waktu di bali dan tentunya hawa mistisnya juga masih sangat kental.
ReplyDeleteklo ada jalan-jalan lagi ikut yeeeeee......... :-)
ReplyDelete@ r1 : ya ya, setuju pak :)
ReplyDelete@ siti : sip lah, siap2 ekspedisi ke 2 di banyuwangi tahun depan ya... hehehe
R1 iku mas bojo ya Ka? Kalian loooh bukannya cari hawa romantis malah hawa mistis :-p
ReplyDeletehahahhaa, hutaaa, mentang2 pengantin baru, ngomongnya cari hawa romantis aja... Iya udah bosen sama yang romantis2, makanya nyarinya hawa yang mistis
ReplyDelete