Saturday 5 April 2014

I Say About My Friends (Sebuah Catatan Masa Lalu)

Dalam hidup, aku telah bertemu dengan banyak orang, berkenalan dan menjadi teman. Ada yang tinggal di hati, ada yang menguap begitu saja. Di antara orang-orang tersebut, ada 2 orang yang meninggalkan kesan bagiku sebagai sosok yang sangat luar biasa. Penilaian itu bukan dari sekali bertemu, tapi aku menilainya selama interaksi hidupku dengan mereka. Dari merekalah aku belajar, dan dari merekalah Allah mengirimkan contoh nyata untuk membuat aku sadar bahwa manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya.
Seorang bernama Gusti Mohammad Hamdan dan yang seorang lagi bernama Roseta Rossi. Saat aku menulis ini, secara geografis aku telah terpisah begitu jauh dengan mereka, namun tidak dengan jiwaku. Melalui tulisan inilah, aku ingin mengungkapkan pada dunia betapa bersyukurnya aku bisa mengenal mereka. Aku tertarik menulis tentang mereka berdua, karena mereka sungguh adalah manusia-manusia langka yang mungkin tidak sembarang bisa kutemukan.
Gusti Mohammad Hamdan, aku mengenalnya tidak sengaja lewat sebuah program pendidikan. Awal berkenalan kita tidak langsung menjadi sahabat. Butuh beberapa proses untuk membuat kita bisa menjadi sahabat baik, dan itu terjadi saat kita justru telah keluar dari program. Satu hal yang sangat aku sesali adalah, kenapa tidak sedari dulu aku mengenal dia.
Secara personalitas, dia anak yang ceria, optimis, mudah bergaul, dan sangat percaya diri. Dia juga mempunyai kapasitas sebagai pemimpin dan organisator yang baik. Secara intelektual, dia cerdas dan sangat kreatif. Aku sungguh sangat bersyukur bisa mengenal dia.
Aku tidak pernah menanyakan apakah dia seorang yang kaya, karena semua barangnya sangat sederhana. Penampilannya pun tidak menyiratkan bahwa dia seorang yang kaya raya. Satu benda yang masih aku ingat adalah sepeda motor kesayangannya. Sepeda itu sungguh butut dan suaranya tidak begitu merdu meraung. Tapi sepeda itu selalu dia banggakan dan dibawanya kemana saja. Dia bilang bahwa sepeda itu adalah sepeda pertama yang dia beli dari hasil jerih payahnya.
Gusti adalah seseorang yang berani mengejar mimpi. Satu hal positif tentang mimpinya adalah, mimpinya tidak seperti aku yang sebagian masih berdasarkan materi. Mimpi Gusti adalah menjadi manusia merdeka seutuhnya dengan menolong orang sebanyak-banyaknya. Hal itu telah diwujudkan melalui serangkaian pengalaman yang luar biasa.
Di antara kesibukannya kuliah dan berorganisasi, dia masih menyempatkan menjadi guru bagi anak-anak miskin dan jalanan di Surabaya. Bahkan dia berjuang untuk mendapatkan fasilitas tempat mengajar yang memadai. Dia tidak digaji, malah dia menyumbangkan sebagian besar uangnya untuk niat yang mulia tersebut. Melalui berbagai cara yang tentunya halal, dia berusaha menggalang dana agar anak-anak didiknya dapat menikmati pendidikan yang layak.
Salah satu hal yang dia lakukan adalah mencari kontrakan untuk tempat mengajar, sekaligus sebagai tempat bernaung bagi salah seorang anak didiknya yang rumahnya sangat memprihatinkan. Selain itu dia juga berjuang mencari sepeda kayuh bagi anak didiknya yang berjalan kaki begitu jauh hanya untuk menghadiri kelasnya. Hal itu mengingatkan aku pada tokoh Lintang di novel Laskar Pelangi…
Salah satu mimpi terbesarnya adalah menjadi menteri pendidikan dan menjadi guru di daerah perbatasan. Pertama kali aku mendengar dia mengucapkan hal itu, aku rasanya ingin tertawa, namun akhirnya tawaku semakin lenyap saat melihat wajahnya yang serius. Hal itu mungkin sangat menggelikan bagi sebagian orang, tapi bagiku, apa yang diimpikan olehnya merupakan suatu refleksi jiwanya yang sangat peduli dengan nasib bangsa. Aku yang sangat apatis dan cuek diam-diam merasa malu saat itu.
Dia juga mempunyai keinginan untuk mempopulerkan wisata alam di Indonesia. Hal itu diwujudkan melalui pengalaman “gila” nya untuk mengelilingi beberapa daerah di Indonesia, bahkan yang belum terjamah oleh khalayak umum. Biaya keliling wisata selalu pas-pasan namun akhirnya ada saja “rejeki” yang dikirimkan Allah buat dia. Dia selalu sula berkeliling ala “bagpacker” dengan uang yang sangat nekad minimnya… ah some like crazy…
Dia pernah menyebrangi Bali hingga Lombok hanya dengan biaya Rp.200rb… aku nyaris tidak percaya saat pertama mendengarnya. Beberapa saat yang lalu dia juga berhasil ke Gunung Rinjani melalui medan yang sebetulnya tidak diperbolehkan, tetapi melalui belas kasihan Yang Maha Kuasa, dia selalu selamat hingga akhir, dan kuharap dia selalu dalam lindunganNya (ah tambah ga nyambung). Hal-hal menarik seputar perjalanannya ke tempat-tempat menakjubkan dituangkannya lewat sebuah blog dan blog tersebut cukup ramai dikunjungi. Dia selangkah menuju cita-citanya menjadi duta pariwisata.
Saat ini, meskipun kami terpisah begitu jauh, tapi kadangkala dia memberi kabar tentang petualangannya yang menakjubkan. Aku menangkap keceriaan dalam setiap pesan singkat yang dia tulis. Dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku merasa dia orang yang merasakan kebahagiaan sejati…
Roseta Rossi, dia biasa dipanggil Ochie, tapi aku memanggil dia oze. Dia adalah teman perhatian dan kasih sayangnya tiada duanya. Dia adalah refleksi seseorang yang menyadari kelemahannya lalu belajar untuk mengupgrade hal itu menjadi kelebihan. Dia adalah seseorang yang tidak akan menyerah dengan kesulitan apapun untuk meraih mimpi. Dia adalah seseorang yang tidak akan membiarkan sahabat baiknya jatuh sendirian. Dia adalah seseorang yang penuh kasih terhadap sesamanya, terutama mereka yang kekurangan.
Kebahagiaan hidupnya adalah apabila dia bisa menolong, bukan hanya menolong sesama manusia, tetapi juga binatang, karena dia juga seorang yang sangat penyayang terhadap binatang. Dahulu, aku kadang melihatnya frustasi jika tidak bisa menolong seseorang. Sungguh aku malu jika melihat hal itu.
 Pemberiannya bukan saja berbentuk materi, tapi juga dalam bentuk kasih sayang kepada sesama. Nasehat-nasehatnya adalah motivasi dan aku telah banyak belajar kesabaran dari dia. Satu pelajaran yang sangat berharga…
Dia adalah seseorang yang telah banyak mengalami banyak sekali perjuangan untuk merubah hiduonya. Telah banyak yang dia lalui dan aku adalah salah satu orang yang telah banyak menyaksikan perjuangannya. Sekarang, impiannya menjadi seorang bankir di perusahaan bank impiannya telah terwujud. Hal itu diwujudkan melalui proses yang panjang dan sangat tidak mudah.
Saat pertama kali aku mendengar dia diterima di perusahaan impiannya, aku sangat terharu. Teringat kembali masa-masa perjuangan yang dia lalui dan begitu panjang penantiannya untuk mewujudkan cita-citanya itu. Seakan seluruh alam mengamini keharuanku, semua teman-temanku yang mendengar berita bahagia itu pun juga ikut mengucapkan puji kepada Yang Maha Kuasa. Memang benar cuplikan dari sebuah ayat, “ Jika Allah suda mencintai seorang hamba, maka Dia akan menyiarkannya ke seluruh alam semesta…”

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.