Saturday 5 April 2014

Tempat Terdamai (Sebuah Catatan dari Masa Lalu)

Aku mencarinya ke mana-mana. Di kolong langit yang bernama mal, rumah makan, tempat bernyanyi hingga kantor. Aku tak jua mendapatkannya. Aku mencoba mencarinya di tempat yang bernama rumah, tapi itu bukan rumahku, itu rumah orang lain yang kutinggali, dan di sana nyaris tak ada kedamaian di hatiku selain kamar kecilku yang kusam.
Aku mencoba mencari lagi tempat yang damai itu, karena hatiku semakin berdarah-darah tiap hari. Kutanya pada semua orang tentang taman2 kota dan hot spot area, namun ternyata bukan itu tempat terdamai bagiku. Kucoba mencari di toko buku dan jalanan, masih juga salah.
Aku mencoba mencarinya saat pagi hari, di tepi pantai sambil melihat kapal2 minyak kelip-kelip yang sangat indah. Hampir saja aku tertipu bahwa itu tempat terdamai, nyatanya tidak memberiku kedamaian hakiki.
Hingga, suatu ketika aku menemukan hatiku tengah sekarat karena sedih. Aku tak sengaja mencoba melarikannya di sebuah mushola. Saat itu kukira hatiku sudah tidak bisa tertolong lagi. Aku salah, hatiku menjadi hidup kembali. Aku menyukai keharuman mushola ini dan kedamaian hakiki di dalamnya. Aku tak kuasa menahan deraian air mata yang tak kunjung berhenti. Air mata damai dan bahagia, karena aku berada dalam tempat terdamai sekarang…

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.