Thursday 24 October 2013

Explore Bali - Pura Besakih (Bagian 10 dari 14)



Pura Besakih di Kab. Karangasem merupakan pura tertua di Bali yang berarti keselamatan. Penjor dan umbul-umbul yang melambangkan naga / keselamatan serta keselamatan menghiasi pura ini.

Jujur saja, saya memang penasaran dengan pura terbesar dan tertua di Bali yang terletak di Kab. Karangasem ini. Namun, ternyata, pengalaman mengunjungi Pura Besakih yang sangat indah merupakan pengalaman terburuk saya selama di Bali. Image negative tentang pemerasan dan sikap menjengkelkan beberapa oknum pengelola Besakih membuat saya kapok untuk balik lagi ke sana. Terus terang, saya meninggalkan Pura Besakih dengan hati yang terluka. Setelah saya browse sana sini di internet, memang hampir seluruh wisatawan yang mengunjungi pura ini mengalami nasib seperti saya bahkan beberapa lebih sial lagi. Sangat disayangkan bahwa pura yang sangat indah (dan memang indah) dikotori oleh ulah oknum nakal.

Lokasi Pura Besakih dari Danau Batur kalau saya taksir sih, kurang lebih jaraknya sekitar 30an km. Medan menuju ke sana cukup terpencil. Melewati hutan, kadang jalan sempit dengan konfigurasi yang cukup sulit, ditambah penunjuk jalan yang minim (dan kadang membingungkan) membuat akses ke sana cukup membutuhkan perjuangan. Meski demikian, di perjalanan, akan menemui perkebunan kopi yang menawarkan kopi luwak. Anda bisa mampir ke sana mencicipi kopi yang mahal ini.

Dalam perjalanan saya menuju ke sana, kendaraan yang saya tumpangi dihadang oleh seorang perempuan “nekad” yang tiba-tiba berdiri di tengah jalan dan menyetop kendaraan kami. Dia memberi kami bunga-bunga dan canang yang katanya merupakan syarat penghormatan ke Pura Besakih sambil membacakan doa-doa yang saya tidak mengerti. Saya sih diam saja, sampai dia meminta uang “seikhlasnya” yang kemudian berubah dipatok menjadi Rp.40.000,- sebagai ganti gelang warna warni yang katanya untuk bekal menuju pura. Saya waktu itu jadi agak bĂȘte tapi tetap saja saya tidak mau mencari masalah.

Si emak emak yang nekad menghadang mobil buat morotin
Selanjutnya perjalanan saya ke Pura Besakih diwarnai dengan medan yang lumayan menantang dan cukup jauh. Saya harus bertanya beberapa kali kepada penduduk sekitar yang saya temui. 

Pemandangan Danau Batur dalam Perjalanan ke Pura Besakih

Danau Batur

Truk pengangkut pasir dari danau batur, sangat disayangkan pengerukan pasir terjadi di danau yang indah
Upacara Lewat




Sesampainya di sana, saya takjub dengan keindahan Pura Besakih yang tinggi dan besar. Namun, saya langsung dihadang oleh petugas yang mewajibkan membeli tiket masuk (saya lupa, kalau tidak salah Rp.15.000,-). Dari sini, saya masih tidak berpikir aneh-aneh. Namun begitu sampai tempat parkir, saya heran, kok tempat seindah ini sepi ya? Tempat parkir yang cukup luas pun hanya dihuni sedikit mobil saja. Saya sudah agak bertanya-tanya. Setelah itu, keheranan saya langsung terjawab. Belum lagi saya menutup pintu saat turun dari kendaraan, wanita-wanita dan anak-anak menyerbu menawarkan bunga. Lebih tepatnya memaksa saya membeli bunga. Saya bersikeras menolak. Mereka tetap bersikeras bahkan nekad menggenggamkan bunga ke tangan saya, saya pun tidak bisa menghindar. Tidak lama, seorang perempuan dan anak kecil mengejar saya, memaksa saya membayar bunga yang digenggamkan ke tangan saya. Saya tetap menolak membayar. Bukan kenapa, karena, begitu kita membayar satu orang, maka orang-orang yang lain akan berbuat hal yang sama, kecuali saya cukup kaya untuk itu. Akhirnya, saya mengembalikan bunga yang digenggamkan ke saya. Muka mereka langsung masam kepada saya, saya diam saja dan berlalu. Setelah itu, hadangan belum berakhir. Saya dihadapkan sebuah pos yang mengharuskan saya menyumbang untuk pembangunan pura. Mereka menyodorkan buku sumbangan. Mereka bilang seikhlasnya, namun mata saya terbelalak melihat jumlah sumbangan yang tertulis bekisar ratusan ribu (500rb, 300rb, 250rb, paling murah 150rb). Saya kasih aja 50rb rupiah, itupun saya sebenarnya tidak rela, karena saya merasa saya sudah membayar karcis resmi di depan. Selanjutnya, saya diwajibkan memakai kain sarung yang dibanderol 10rb rupiah. Belum selesai, saya diwajibkan menggunakan guide di dalam pura, padahal saya tidak terlalu membutuhkannya. Karena saya jengkel, saya dan si guide sempat diam diaman selama awal perjalanan.

Kisah ke”bĂȘte”an saya belum selesai, begitu saya keluar dari gerbang pura, tiba-tiba sang guide secara terang-terangan meminta uang kepada saya. Saya sudah jengkel bukan kepalang. Saya berniat memberi pelajaran dengan memberikan uang recehan kepadanya, kira-kira kurang dari 10rb rupiah. Dia minta nambah. Saya semakin jengkel dibuatnya. Saya keluarkan keping uang logam 200 rupiah beberapa buah. Dia pun marah dan mengembalikan uang tersebut ke saya. Saya ketawa dalam hati. Dia pun langsung meninggalkan saya. Saya cuek aja, tapi jujur masih mangkel dengan semua kejadian ini. Saya tiba di tempat parkir dan mendapati seorang turis dari India bertengkar dengan salah satu oknum. Ternyata bukan saya saja yang diperlakukan tidak baik di sini.
Pura Besakih sebenarnya sangat indah dan anda dijamin cukup berolahraga karena harus menaiki tangga yang tinggi. Letaknya di lereng Gunung Agung semakin menambah keindahannya. Terdapat satu buah pura yang paling tinggi dan lokasinya agak terpisah dari pura utama, tapi jujur saya sudah tidak sanggup naik ke sana, jadi cuma jeprat jepret saja dari bawah.

Saya sarankan, jika anda penasaran dengan Pura Besakih, mending anda lihat-lihat foto saya aja hehehe. Tapi kalau anda masih bersikeras ke sana, itu pilihan masing-masing orang, yang jelas saya sudah menjelaskan kenapa banyak orang tidak mau atau tidak mau lagi berkunjung ke sana. 



























9 comments:

  1. Kepada pemerintah daerah Bali / aparat yang berwenang (Kalau membaca tulisan ini) minta tolong kegiatan pungli di Pura Besakih bisa ditertibkan, karena sangat disayangkan salah satu obyek eksotis dengan sarat makna sejarah dan bahkan menjadi salah satu ikon Bali dicoreng oleh tindakan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.

    Jujur, sebenarnya tidak ada driver / pemandu wisata yang mau diajak mengunjungi lokasi ini, karena kelakuan oknum-oknum tersebut mencoreng citra Pura Besakih.

    ReplyDelete
  2. jangan kesana lagi dech............PARNO

    ReplyDelete
  3. ya ya ya ane setuju! dua jempol

    ReplyDelete
  4. Telat baca referensi...akhirnya jadi korban pemerasan juga kmren...:(

    Parkir 15rb+sumbangan pura 150rb+guide 20rb+2motor 140rebu+ibu2 tukang bunga 10rb

    Kapok mau ke besakih lagi,sempet diusir sma pendeta pura gara2 ga mau sembahyang,ternyata bener sumbangannya 100rb katanya seikhlasnya :x

    ReplyDelete
    Replies
    1. Turut berempati dengan nasib anda, semoga, pihak pemerintah di sana segera menyadari hal tsb...

      Delete
  5. waaah.... syukurlaahh gw nemu review ini, dan memang benar adanya.. udah baca review2 yg lain, bgitu kondisinya.. terpaksa coret dari itenerary deh... daripada bikin ga nyaman sekluarga... thks alot !

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sama-sama, masih banyak juga kok destinasi lain yang juga menarik, selamat berlibur sekeluarga

      Delete
  6. Saya berkunjung 27 agustus 14 dan diporotin 50rb sumbangan pura, 120 u kain dan ikat, 20rb sajen, 250rb biaya sembahyang, 20rb tip pendeta, 50rb tip guide. Total 510rb!!! Kapok mbak.

    ReplyDelete
  7. ah pak maaf baru balas... pengalaman itu pak, setidaknya sempat melihat keindahan pura yang eksotis :)

    ReplyDelete

Note: only a member of this blog may post a comment.