Kue caramel atau kadang disebut
juga kue sarang semut merupakan salah satu kue khas Indonesia kegemaran saya.
Tekstur yang berbeda namun menyenangkan pada satu potong kue merupakan daya
tersendiri terhadap kue ini. Rasanya yang khas caramel berpadu dengan gurihnya
aroma margarin atau butter membuat saya selalu memfavoritkan kue hitam manis
ini sejak pertama bertemu.
Setelah sekian lama hanya menjadi
penikmat kue hitam manis ini, saya berniat untuk mencoba membuat sendiri.
Setelah browsing sana sini, saya simpulkan bahwa komentar kebanyakan orang
adalah pembuatannya sangat mudah, bahkan sebagian besar tidak menggunakan
mixer. Banyak sekali teori yang beredar di internet yang merupakan tips agar
kue caramel ini terbentuk sempurna. Namun saya pusing untuk mengambil
kesimpulan dari berbagai tips tersebut karena banyak versi yang berbeda.
Akhirnya saya mengambil prinsip menganut sebuah situs yang tampaknya sangat
meyakinkan. Saya pun percaya diri untuk segera memulai “Proyek Kue Karamel” di
dapur saya yang kecil mungil. Berbekal dengan resep di salah satu situs, saya
memulai dengan menyiapkan bahan-bahan dan mulai membuat kue caramel. Saya
berusaha semirip mungkin dengan anjuran dan langkah-langkah yang disarankan
situs tersebut.
1. Tahap Pembuatan Sirup Karamel
Saya mulai mencairkan gula di atas
wajan Teflon yang ukurannya agak kecil dengan menggunakan api kecil. Anjuran
dalam resep tersebut adalah jangan mengaduk gula, namun goyang-goyangkan saja
wajannya, agar butiran gula meleleh sempurna seluruhnya. Teknik seperti ini
memang pernah saya dengar dari Anna Olson sehingga saya benar-benar “takut”
untuk mengaduknya. Namun, ternyata, yang saya alami adalah, salah satu sisi
gula tersebut terlebih dahulu gosong, sedang sisi lainnya dan sisi tengah gula
masih belum meleleh sebelumya. Saya coba menggoyangkan wajan agar lelehan
merata. Namun hal tersebut tidak berhasil. Alhasil, saya sukses menggosongkan
caramel saya yang pertama. Hiksss
![]() |
Caramel Gosong |
Tidak lama, saya mencoba
menggunakan wajan biasa yang lebar untuk melelehkan caramel. Saya tempatkan
gula dan saya lebarkan dengan harapan pemanasannya dapat lebih merata. Saya
tetap menggunakan api kecil. Saya tetap tidak mengaduk gula dan hanya
menggoyang wajan saja. Namun, entah kenapa, meskipun hasilnya lebih baik, saya
tetap menemui proses pelelehan yang tidak merata. Karena saya tidak mau
kehilangan caramel untuk yang kedua kali, maka saya langsung menambahkan air
panas ke dalam gula meskipun belum terkaramelisasi seluruhnya. Alhasil, memang
berhasil menjadi cairan caramel (karena ditambahkan dengan air), namun hati
saya masih kurang puas. Saya menggunakan cairan caramel tersebut untuk membuat
kue caramel saya yang pertama yang tertunda suksesnya alias gagal hehehe.
![]() |
Pelelehan Caramel Separuh Sukses |
Percobaan saya membuat cairan
caramel yang ketiga adalah saat saya membuat kue caramel yang kedua. Saya
memakai system pelelehan gula dengan diaduk karena tangan saya gatal ingin
mencoba dengan teknik tersebut, meskipun pada beberapa resep tidak
menyarankannya. Saya mengaduk sesekali hanya untuk menjaga agar karamelisasi
berjalan merata. Ternyata, caramel saya mencair cukup baik, meskipun, masih ada
sedikit butiran gula yang belum meleleh. Jika ada pembaca yang mengetahui tips
melelehkan caramel dengan baik, mohon dishare ya…
Saya matikan api, dan saya tuang
dengan air panas pelan-pelan, karena pertemuan gula dan air panas akan
mengejutkan gula sehingga jika tidak hati-hati akan menciprati tangan saya.
Untuk tahap karamelisasi gula saya rasa saya sudah cukup puas.
![]() |
Sirup Caramel yang Lebih Sukses daripada Sebelumnya |
2. Tahap Pembuatan Adonan
2. a. Pengalaman Membuat Adonan Gagal Total
Untuk percobaan resep saya yang
pertama, saya menggunakan resep dengan mengaduk susu kental manis dengan wisk
hingga 1-2 menit, lalu saya tambahkan margarine dan saya aduk kembali hingga
rata.
Selanjutnya saya tambahkan dengan telur satu per satu sambil saya aduk
hingga rata.
Selanjutnya tiba saatnya saya menambahkan bahan kering dan cairan
caramel.
Cairan caramel yang saya tambahkan masih hangat. Saya hanya
mengaduknya hingga rata dengan menggunakan wisk. Adonan terlihat cair dan agak
memisah dengan lemaknya, dan menurut resep memang seperti itu.
Akhirnya saya
masukkan adonan tersebut ke dalam cetakan tulban dari Teflon yang sebelumnya
telah saya oles dengan margarine dan saya taburi terigu.
Saya panggang dengan
otang saya (oven tangkring) dengan mengira-ngira suhunya, karena penunjuk suhu
oven saya sudah tidak valid. Akhirnya setelah kurang lebih satu jam, kue telah
matang karena teksturnya telah membal. Menggunakan Loyang Teflon ternyata
sangat mudah saat tahap melepas cake karena langsung lepas.
Percobaan pertama tersebut terasa
sangat mudah karena hanya menggunakan wisk dan mengaduknya juga tidak susah
payah. Namun, mudah di awal, kadangkala merupakan pertanda adanya bencana di
akhir. Begitulah, saat saya dengan hati berbunga-bunga mengeluarkan cake yang
terbentuk indah dari cetakan. Saya coba mengirisnya dan berharap dapat melihat
tekstur lorong-lorong yang indah khas kue caramel. Namun, begitu saya
memotongnya, saya langsung tertawa. Saya melihat kue saya tidak memiliki lorong
sama sekali!! Begitu saya coba memakannya, rasanya so gooooddd. Saya yakin,
apabila berhasil, pastilah akan menjadi kue caramel yang lezat seperti yang
diceritakan dalam resep tersebut.
![]() |
2.b. Pengalaman Membuat Kue Karamel Separuh Berhasil
Saya mulai berfikir dan menyelidiki
apa yang salah dari tahap pembuatan saya?
Mulailah saya browsing dengan resep
kue caramel dari Mbak Ricke Indriani “Bunda Nadhifa” yang merupakan salah satu
blog yang sering saya kunjungi (http://ricke-ordinarykitchen.blogspot.com/2011/06/bolu-sarang-semut-bolu-karamel.html).
Saya
mencoba resep beliau dan berusaha mempelajari perbedaan teknik pembuatan saya sebelumnya.
Kali ini, saya membuat adonannya dengan tahap yang sedikit berbeda dengan
sebelumnya.
Saya mulai dengan mengocok telur
dengan wisk hingga sedikit berbusa. Selanjutnya saya tambahkan sedikit tepung
terigu bergantian dengan caramel cair. Nah di sinilah, saya lupa untuk
memasukkan caramel cair terlebih dahulu agar adonan menjadi lebih cair dan siap
menerima tepung terigu. Saya terlanjur memasukkan sebagian terigu dulu lalu
cairan caramel. Alhasil, terdapat terdapat tepung yang tidak menyatu alias
menggerindil.
![]() | ||
Telur Dikocok Hingga Berbusa |
![]() |
Tepung Terigu Seharusnya Dimasukkan Setelah Karamel, Sehingga Tidak Menggerindil Seperti Gambar di Atas |
![]() |
Adonan Menggerindil (Perlu Disaring) |
Selanjutnya, saya tambahkan susu
kental manis. Di sini saya pernah mendapatkan tips, agar mendapatkan warna
caramel yang lebih gelap dan menarik, saya menggunakan susu kental manis
cokelat. Setelah susu kental manis ditambahkan, saya mengaduknya lagi hingga
rata. Kali ini berbekal nasehat dari seorang teman, saya mengaduk adonan sedikit
lebih lama dari pada resep saya yang pertama, hingga adonan cukup licin. Saya
juga disarankan agar mengaduk dengan satu arah yang sama sejak awal, saya tidak
tahu mengapa, tapi saya coba saja.
![]() |
Penambahan SKM Cokelat untuk Membantu Warna Lebih Gelap |
Selanjutnya, saya menambahkan margarine yang
telah dicairkan dan sudah turun suhunya. Saya mengaduk lagi hingga rata.
Selanjutnya, saya tambahkan baking soda sebanyak 1 sdm untuk 1 resep. Saya
sempat berfikir, apakah tidak apa-apa menambahkan baking soda sebanyak itu.
Saya takut rasanya akan pahit seperti sabun. Namun, saya nekad saja menuruti
resep karena saya pernah membaca bahwa penambahan baking soda akan membantu
warna kue menjadi lebih gelap dan mengembang. Setelah itu, saya melanjutkan
mengaduk adonan hingga rata.
![]() |
Masukkan Margarine Yang Telah Dilelehkan |
Tahap selanjutnya saya masukkan
adonan ke dalam Loyang tulban namun
bukan Teflon. Loyang ini terbuat dari logam yang biasa saya gunakan dalam
pembuatan chiffon. Saya menggunakan Loyang tulban yang tidak bisa dilepas
karena adonan kue ini cukup cair sehingga saya takut akan terjadi kebocoran
nantinya. Loyang sudah saya oles margarin dan ditaburi dengan tepung terigu.
Saya masukkan Loyang yang sudah terisi adonan ke dalam oven dan saya panggang
hingga matang.
Begitu kue matang, saya cukup
optimis melihat tekstur permukaan kue tidak halus, yang berarti bahwa udara
dalam adonan bergerak ke atas saat pemanggangan. Warna dari kue ini pun gelap
dan bagus, lebih bagus daripada warna kue dari resep yang pertama, barangkali
penggunaan susu kental manis cokelat juga turut membantu. Selanjutnya saya
menghadapi kesulitan saat akan melepas kue dari cetakan. Saya dapati bahwa kue
lengket di cetakan, sehingga saya harus melepasnya dengan bantuan pisau dan
pukulan ekstra. Saya berkesimpulan bahwa menggunakan Loyang Teflon ternyata
lebih mudah dilepas.
Saya sampai pada tahap yang membuat
saya deg degan. Saya memotong kue yang telah terlepas dan tercetak indah di
atas tatakan. Saya mulai memotongnya dan berharap semoga tebakan saya tidak
salah bahwa tektur berlorong-lorong akan terbentuk di kue saya kali ini. Saya
mulai memotong, dan memang waktu terasa berhenti saat saya berusaha mengambil
potongan tersebut. Dan…. Saya heppi melihat lorong-lorong tersebut. Namun, saya
juga tidak terlalu puas, meskipun rasanya lezat, karena tektur lorongnya tidak
terbentuk panjang-panjang seperti kue caramel pada umumnya.
![]() |
Kue Karamel Siap Dilepas Dari Cetakan |
![]() |
Kue Karamel Memiliki Serat Sarang Namun Kurang Memuaskan |
2.c. Percobaan Membuat Kue Karamel Yang Berhasil
Akhirnya dengan berbekal tekad,
saya mencoba lagi membuat kue caramel. Kali ini saya menggunakan metode seperti
saat saya mempraktekkan bolu sarang semut dari Mbak Ricke Indriani dengan resep
yang juga dari beliau. Perbedaannya adalah waktu pengadukan adonan. Saya
mencermati resep beliau pada kalimat “diaduk sampai rata dan licin”, saya
berfikir barangkali resep ini membutuhkan waktu pengadukan lebih lama. Akhirnya
saya mencoba untuk mengaduk selama kurang lebih 20 menit pada saat pencampuran
tepung dan cairan caramel ke adonan. Untuk pengadukan saat margarine
dimasukkan, saya aduk asal rata saja.
Untuk Loyangnya, saya menggunakan
Loyang tulban dari Teflon, karena berdasarkan pengalaman saya Loyang Teflon
lebih mudah dilepas. Saya hanya mengoleskan margarine tipis-tipis, karena
berdasarkan pengalaman saya sebelumnya, kue caramel akan sangat berminyak
karena saya mengoleskan margarine ke Loyang agak tebal.
![]() |
Kue Siap Dilepas Dari Cetakan |
![]() |
Tekstur Kue Yang Memberi Harapan Akan Munculnya Sarang yang Indah |
![]() |
Cantik! |
![]() |
Syauqi Bersikeras Minta Difoto Bareng Cake hihi |
![]() |
Lihatlah Sarang yang Indah Itu Nyamm |
![]() |
Siap Diantar Ke Tetangga |
Dan… hasilnya??? Luar biasa! Untuk
pertama kalinya saya mendapatkan bolu caramel buatan sendiri yang lezat dan
bersarang-sarang indah… lovely…
Mbk aq juga baru berhasil bikin karamel sarang semut gara2 baca blog ini...tks share ilmunya.
ReplyDeletesama2 mbak ^_^ alhamdulillah bermanfaat
Deletesukses selalu