Wednesday 18 September 2013

Jalan-Jalan di Jogjakarta Sekitar Kota (Update)


Dalam kesempatan dinas kali ini saya berkesempatan untuk menyambangi Kota Gudeg Yogyakarta. Cukup lama saya menginginkan kunjungan ke kota ini, karena saya adalah salah satu fans berat gudeg. Kota yang bersejarah dan penuh dengan hal-hal menarik ini, sangat “saya” banget. Hal ini karena sebagian besar makanannya sangat “saya” banget. Seperti biasa saya akan menekankan aspek kuliner dan belanja dalam perjalanan-perjalanan saya di Kota Gudeg ini. 

a.       Gudeg

Ada banyak penjual Gudeg di sini. Jika anda ingin mengunjungi Sentra Gudeg, anda bisa mengunjungi daerah Wijilan atau Barek. Di sana berjajar penjual gudeg beraneka ragam termasuk nama-nama tersohor seperti Yu Djum, Hj. Slamet, dll. Seperti biasa saya berniat mencoba beberapa merk Gudeg yang sempat saya cicipi. Rencana awalnya adalah Gudeg Yu Djum, Yu Narni, Hj. Slamet, Hj. Ahmad, dan Bu tjitro. Namun karena sempitnya waktu dan muatan perut saya, saya hanya sempat mencicipi Gudeg Yu Narni dan Yu Djum.

Sebagai info ternyata sebenarnya banyak sekali penjual gudeg yang menjual gudeg yang lezat meskipun kurang terkenal, dan tiap orang memiliki gudeg “idola” sendiri-sendiri. Jadi, jika anda punya banyak waktu di sana, anda bisa mengeksplor sendiri gudeg di sana, siapa tahu anda akan punya gudeg “idola”.
Rencana awal saya adalah mengunjungi sentra gudeg di Wijilan, namun karena saya mulai keluar pada jam 20.00 lebih, saya khawatir tempatnya sangat ramai dan gudegnya sudah habis. Karena itu saya akhirnya memutuskan ke daerah Barek di mana sumber gudeg berada.
Tempatnya tidak ramai menurut saya, dan berupa rumah-rumah yang rapat namun dilengkapi dengan spanduk / tanda dari merk masing-masing gudeg. Jika anda tidak suka dengan keramaian dan antrian, anda bisa mencoba di sini.

Gudeg pertama yang saya kunjungi adalah Yu Narni. Yu Narni menjual gudeg kering, artinya gudegnya tidak berkuah seperti gudeg basah ala Bu Tjitro. Saya memesan gudeg dengan ayam bacem, sambal goreng krecek, tahu bacem, dan telur pindang. Menurut saya pribadi (secara subjektif) overall masakannya manis, mungkin karena saya bukan penggemar masakan manis. Secara keseluruhan menurut saya lumayan, namun bukan idola saya. Meski demikian banyak juga orang yang menyukai citarasa Yu Narni ini. Kembali tergantung selera masing-masing.

Gudeg Yu Narni
Gudeg berikutnya yang saya coba adalah Gudeg Yu Djum merupakan Gudeg yang santer namanya. Saya jadi penasaran ingin mencoba gudeg yang katanya sangat lezat ini. Namun, sebelumnya saya sempat ragu, karena sempat beredar isu bahwa gudeg tersebut tidak halal. Setelah mencari info ke sana ke mari lewat Mbah Google akhirnya nemu juga situs yang menjelaskan bahwa Gudeg Yu Djum ini halal dan sudah bersertifikasi MUI (http://preview.detik.com/detikfood/read/2010/05/07/134906/1353046/906/sedapnya-gudeg-halal-yu-djum) atau (http://jogja.kotamini.com/stream/sleman/gudeg-yu-djum/). Saya memesan gudeg dengan telor pindang, sambal goreng krecek, dan ayam bacem. Setelah saya coba mencicipi, memang secara keseluruhan gudegnya lezat dan gurih. Saya suka cita rasa arehnya yang merupakan “saus kelapa” yang disiram di atas gudeg. Gudegnya sendiri manis, khas gudeg Jogja. Sambal goreng kreceknya, hmmmm lezaaaat dan gurih. Telor pindangnya juga lezat dan memakai telor bebek. Ayamnya juga lezat. Pokoknya menurut saya (secara subjektif) sip! 


Gudeg Yu Jum yang Disiram dengan Areh, semakin gurih dan lezat nyammm

Krecek Gudeg Yu Djum Sangat Gurih dan Lezat



Karena saya tidak punya waktu lagi untuk mencicipi gudeg yang lain, saya pun memutuskan untuk membawa Gudeg Yu Djum ini untuk oleh-oleh pulang ke Balikpapan.

Pada kesempatan yang lain, saya akhirnya keturutan mencicipi Gudeg basah Bu Tjitro yang katanya enak bangeddd itu. Bertempat di Jl. Janti No.330, ga jauh dari bandara, saya memilih waktu malam hari sektar jam 20.00 malam supaya tidak terlalu ramai, karena konon di sini rame banget. Saya pesan satu porsi berisi gudeg basah, ayam pindang, telur bebek pindang, areh, dan krecek. Setelah saya cicipi, kesan pertama, kayaknya ni gudeg ga pake MSG deh, karena biasanya saya bisa membedakan masakan yang pake MSG sama engga. Memang sih, namanya gudeg rasanya ya 11 12 saja, namun bagi orang yang tidak suka gudeg yang manis banget kayak Yu Djum, pilihan gudeg Bu Tjitro sangat cocok. Gudegnya lezat, ga terlalu manis. Ayam dan telurnya menurut saya biasa saja. Lebih enak ayam dan telurnya Yu Djum. Tapi itu menurut saya lho ya. Tapi, kreceknya? jangan tanya deh... juara krecek adalah Bu Tjitro. Sumpah rasanya pingin tak borong tuh semangkuk krecek. Tapi ya gitu, isinya banyak kacang tholonya, kalau di Yu Djum emang rasanya agak kalah dikit (karena terlalu kering) tapi kreceknya banyak. Untuk arehnya, emang milik Bu Tjitro mantepp! arehnya gurih... dan nasinya juga punel... enak deh pokoknya. Kalau teman saya lebih fave Gudeg Bu Tjitro karena dia tidak suka gudeg manis, kalau saya sedikit cenderung Yu Djum, karena bacemannya enak dan kreceknya banyak. Overall, masing-masing ada plus minusnya. Lihat gambar di bawah, sumpah saya lapeeerrr....








b.      Bakpia Kencana

Banyak sekali merk bakpia di sini, dan lagi-lagi masing-masing orang punya selera sendiri-sendiri. Kadang-kadang saya temukan bahwa ada makanan yang kurang terkenal dibandingkan yang lain, namun menurut saya lebih lezat daripada merk yang terkenal. Nama bakpia patok 25, bakpia patok 75, dsb sangat kondang dan hamper semua teman saya merekomendasikan 2 merk ini. Saya pernah bertanya kepada salah seorang teman, mana yang lebih enak, bakpia patok 25 atau 75? Dia menjawab, bahwa keduanya sama saja. Saat saya memutuskan akan membeli salah satu merk bakpia tersebut, salah seorang teman saya merekomendasikan Bakpia Kencana, karena menurut dia, isi bakpianya sangat lembut dan lezat. Saya pun “terperdaya” oleh gaya pemasarannya hihihi. Akhirnya saya pun mencari-cari alamat bakpia kencana tersebut di sini. Saya menuju Jl. Wates Km 6, Km.9.

Sesampainya di sana, saya melihat, bahwa Bakpia Kencana ini berbentuk minimarket yang juga menyediakan beragam oleh-oleh, seperti dodol, jenang krasikan, snack, dan camilan oleh-oleh komplet. Jadi tidak hanya bakpia yang dijual di sana. Bahkan, ada juga snack yang agak unik, seperti keripik sirih, egg roll ubi ungu, dsb. Tempatnya juga nyaman dan bersebelahan dengan rumah makan yang berderet. Bakpia kencana ini buka 24 jam, dan bisa delivery order dengan minimum pemesanan 10 bungkus, delivery ini bisa sampai ke luar Jogjakarta bahkan luar pulau. Harga per bungkusnya cukup mahal, namun bagi saya sebanding dengan kelezatannya yang memang cocok di lidah saya, ajiiiib, yaitu Rp.30.000,- per bungkus. Asyiknya, bakpia kencana ini punya tester, jadi anda bisa mencoba dulu untuk memutuskan mana citarasa yang anda sukai. Ada kacang hijau, keju, susu, cokelat, ubi ungu, bahkan kumbu hitam. Nah kumbu hitam ini rasanya woooww mantapp! Menurut lidah saya dan teman saya, inilah isian yang paling laziisss di sini, namun untuk isi kacang hijau menurut saya secara subyektif kurang mantap.

Tester bakpia yang disediakan di outlet, anda bisa bebas mencicipi sesuka anda
Saya pun memesan 10 bungkus sebagai oleh-oleh dengan 6 bungkus sendiri didominasi oleh isi kumbu hitam hmmmmm. Dan memang, menurut saya, kulit bakpia ini tipis dengan isian yang lembuuut dan enaaakk. Mantep deh pokoknya, wajib dicoba. Sebagai info, untuk kemasan biasa bakpia ini bisa tahan hingga 4 hari (di luar kulkas), jika kemasan vacuum maka bisa tahan sampai dengan 6 hari (di luar kulkas). Namun untuk proses vacuum ini anda memilih dahulu mana bakpia yang akan anda beli lalu anda meminta petugas di sana untuk melakukan vacuum. Hanya saja, anda harus menunggu sedikit lebih lama jika harus dilakukan vacuum. Kelemahan lain dari vacuum adalah bakpia akan sedikit keras jadinya mirip-mirip dengan bakpia 25 atau 75, padahal menurut saya salah satu keunggulan Bakpia Kencana adalah kelembutan isinya yang bikin merem2. Saran saya, kalau gak terpaksa gak usah divacuum atau dimasukin kulkas, namun konsekuensinya cepet-cepet dihabisin supaya ga jamuran. Dijamin rasanya bakalan luar biasa, karena menurut saya hingga saat ini saya belum menemukan bakpia yang melebihi kelezatan isi kumbu hitam dari Bakpia Kencana.









Oya, Bakpia Kencana ini juga membuka cabang di Rumah Makan Pondok Cabe Jl. , tidak jauh dari Malioboro dan Alun-alun Keraton, namun di sana tempatnya lebih kecil dan didominasi oleh bakpia. Sehingga jika anda berniat membeli variasi oleh-oleh lainnya di sini masih terbatas. Saran saya tidak ada salahnya mengunjungi pusatnya di Jl. Wates supaya puas.

c.       Bebek & Ayam Goreng Cak Koting / Bu Meti

Saya adalah penggemar bebek, karena itulah meskipun Jogjakarta tidak terkenal dengan bebeknya, saya tetap saja nekat mencari penjual bebek goreng yang nyummyy. Akhirnya setelah bertanya sana sini saya menemukan bebek goreng yang katanya lazis yaitu di warung makan Bebek & Ayam Goreng Cak Koting / Bu Meti yang berlokasi di atas jalan Stasiun Lempuyangan, tepatnya di Jl. Dr. Soetomo. Sebagai info, saya bukan penggemar sambal, selain sambal pecel dan sambal balado, jadi jangan kaget jika saya tidak mereview sambalnya yang katanya lezat, karena saya tidak memakannya dengan sambal.
Tempat Bebek Cak Koting ini cukup nyaman, pelayanannya cepat dan pelayannya juga ramah. Di sini ada tiga jenis nasi, yaitu nasi putih, nasi merah dan nasi uduk. Sambalnya pun macam-macam dan banyak pilihan. Saya memesan nasi merah dan bebek goreng, namun saya bungkus karena saya harus mengejar shalat maghrib di hotel. Harga semuanya adalah Rp.24.000,-.

Setelah shalat maghrib, saya pun mulai mencicipi bebek goreng Cak Koting ini. Bebek gorengnya dilengkapi dengan taburan renyah yang gurih, mantep banget dimakan sama nasi, dan memang harus sama nasi karena kalau tidak bisa keasinan. Bebeknya manteeppp, gurih di luar, moist di dalam. Saya memakannya dengan lahap, enak deh pokoknya (meskipun ga pake sambal). Jika anda penggemar ungags goreng bebek dan ayam, Warung Cak Koting / Bu Meti ini wajib anda coba.



d.      Batik Beteng dan Mirota Batik
Mirota di Malioboro sangat tersohor sebagai toko batik di Malioboro bagi anda yang malas atau tidak bisa menawar seperti saya. Di Mirota anda akan menemui berbagai pernak pernik dan hasil kerajinan tangan selain batik. Harga batik di Mirota lebih mahal dari pada PKL di sepanjang Malioboro dan kualitasnya terjamin. Pilihan batiknya banyak banget dan bagus-bagus, tapi ya itu.... harganya juga sebanding. Meski demikian, mahalnya harga di Mirota, masih terjangkau. Makanya pembeli berjubel meski bau kemenyan jadi parfum ruangan.

Mirota Batik (1)
Mirota Batik (2)
Konon katanya, Mirota mengambil batik dari Batik Beteng di Jalan Keraton. Batik Beteng merupakan pilihan lain untuk mencari batik selain di Mirota, namun pilihannya sedikit lebih banyak di Mirota. Harga Batik Beteng menurut saya sedikit di bawah Mirota dan kualitasnya sama dengan Mirota.

Batik Beteng ini ada di Jalan Keraton dan Buka selama 24 Jam. Saya sangat senang sekali berbelanja di Batik Beteng, terutama karena saat saya datang, pengunjung sedang sepi, jadi saya bisa leluasa memilih dan melihat barang-barang di sana. Batik Beteng menawarkan berbagai macam batik untuk wanita, pria, hingga anak-anak. Ada juga kaos oblong dengan berbagai merk seperti Dagadu maupun Tugu. Namun untuk kaos oblong ini harganya agak mahal dan pilihannya juga tidak sebanyak jika kita mengunjungi center kaos oblong. Ada berbagai macam tas termasuk tas batik, dompet, sandal batik, kerajinan tangan, hiasan dan pernak pernik, alat music angklung, wayang, patung, dsb. Pokoknya, di Batik Beteng ini peralatan khas Jogja cukup lengkap. Tempatnya luas, nyaman dan bersih, khas toko. Pelayannya pun cukup ramah. Kamar pasnya cukup nyaman.

Batik Beteng (1)
Batik Beteng (2)
Batik Beteng (3)

e.      Malioboro




Tujuan Utama saya jalan-jalan di Malioboro lebih untuk menikmati suasana keramaian dan melihat-lihat barang-barang yang disajikan sepanjang jalan Malioboro yang panjangnya kurang lebih 2 km. Jalan di sini satu arah dengan berbagai toko dan PKL berjajar tidak henti di sepanjang jalan. Saya sempat membeli gantungan kunci dan tas unik dari tali yang cukup cantik. Kuncinya anda harus pandai menawar. Saya bahkan menawar di atas 50% saat belanja di sini. Toko yang berjajar sepanjang Malioboro juga menawarkan berbagai macam batik dan oleh-oleh. Jadi kuncinya adalah anda harus bereksplor ria dan tentunya harus punya banyak waktu jika ingin benar-benar menikmati.

Selain itu, ada pasar Bringharjo yang juga banyak menjual batik, namun tentunya juga harus pandai menawar. Mal Ambarukmo juga ada di sini dan cukup popular. Namun saya tidak mengunjungi Mal Ambarukmo karena saya sudah bosan dengan mal.

Jika malam hari, banyak sekali angkringan yang berjajar menawarkan makanan dan minuman. Ada berbagai macam makanan, dari nasi kucing, kopi jos, gudeg, penyet, dsb. Namun, kebanyakan warung disini menurut saya sangat mahal, bahkan bagi saya penduduk Balikpapan yang notabene harga makanannya sangat mahal. Akan tetapi, jika hanya sekali kali menikmati suasanan angkringan yang menyenangkan psikis, tidak ada salahnya dicoba, apalagi bersama teman, keluarga, atau kekasih.

Pasar Beringharjo

Mengunjungi Malioboro tidak afdhol jika tidak mengunjungi Pasar Beringharjo. Di sini dijual segala macam batik dari yang muraaakhhh sampai yang makhaaaalll. Cuma..... kita harus pinter nawar. Setiap kita lewat kita akan disuguhi tawaran penjual kanan kiri depan belakang. Saya pribadi, kurang cocok karena ga pinter nawar. Kalau di sini paling saya beli oleh-oleh daster buat orang rumah. Kalau kata teman-teman saya di sini tempat paling cocok buat hunting batik, kembali, semuanya tergantung karakter masing-masing.

Di depan Pasar Beringharjo juga dijajakan aneka makanan, dari kue khas Jogja macam dodol krasikan, bakpia, dsb, hingga makanan, seperti pecel, mie, dsb. Lumayan buat pengganjal lapar, namun menurut saya bukan opsi utama kalau untuk wiskul meskipun penampilannya menggiurkan.

f.        Toko Buku Shopping
Toko Buku Gramedia dekat Tugu menyediakan koleksi buku yang cukup lengkap. Namun Gramedia ada di mana-mana dan “gak Jogja Banget”. Akan tetapi bolehlah sebagai alternative belanja buku jika anda tidak punya banyak waktu. Sebagai informasi, selain Gramedia, ada juga Toko Buku Toga Mas di daerah Jl. Gejayan yang katanya menyediakan koleksi buku yang cukup lengkap. Namun lagi-lagi saya tidak punya waktu ke sana.

Namun tidak menjadi masalah, karena Toko Toga Mas dan Gramedia merupakan alternative kedua saya. Saya penasaran dengan area jualan toko buku di Shopping Center dekat Taman Pintar Jl. Pabringan. Di sana ada banyak sekali toko buku lengkap, dengan kebanyakan siswa dan mahasiswa sebagai konsumennya. Area pertokoan ini tutup  pada jam 21.00. Ada banyak buku tersedia di sini, dari buku baru hingga buku kuno. Saran saya, sebelum ke sana anda sebaiknya sudah mengantongi judul buku dan nama pengarang, karena letak bukunya kebanyakan sudah bercampur dan bertumpuk-tumpuk. Sehingga, begitu anda sampai di sana anda tinggal menanyakan buku yang anda maksud kepada penjual. Jika tidak tersedia di toko satu, masih banyak alternative di toko lainnya.

Meski demikian, anda bebas melihat-lihat (bahkan membaca!) buku-buku di sini sembari bertanya sana-sini. Saran saya, eksplor lah sepuasnya. Harga buku di sini lebih murah daripada buku di luar, karena kebanyakan tembakan, namun bagi mahasiswa dan orang-orang seperti saya, buku adalah tentang isinya. Buku Ainun dan Habibie yang mahal itupun bisa saya dapat dengan harga Rp.20.000,-.

g. Bakmi Pak Pele

Bakmi Mbah Mo memang kondang kelezatannya, namun kalau ditempuh dari kota cukup jauh jaraknya. Saya jadi berpikir dua kali sebelum ke sana, sama ketika saya mengurungkan niat untuk menjajal brongkos yang terkenal di Pasar Tempel Sleman. Meski demikian, di daerah kota ada juga bakmi yang cukup melegenda, namanya Bakmi Pak Pele. Lokasinya di alun-alun utara, depan SD Keputran.

Di sini antrinya panjang, karena itu supaya tidak antri lama-lama, datangnya pas baru buka sekitar Pkl.17.30 WIB. Menu yang disajikan beragam, ada mie godog (mie kuah), mie goreng, mie nyemek (mie godog dengan kuah kental tidak sebanyak mie godog), nasi goreng, bihun goreng, dsb. Meski judulnya bakmi, namun nasi goreng di sini kabarnya juga sangat ajib. Karena saya hanya berdua dengan teman, jadilah kami memesan mie godog dan mie goreng, sambil ditemani dengan wedang jahe gula jawa dan wedang ronde.

Rasanya memang sangat lezat dan gurih. Kalau menurut saya (dan kawan saya), mie godog vs mie gorengnya masih menangan mie godognya. Saya sebagai penggemar mie goreng pun mengakui kalau mie godognya amat sangat nendang, meski demikian, mie gorengnya cukup lezat. Kalau anda sedang di area kota dan bingung cari bakmi yang enak, saya rekomendasikan Bakmi Pak Pele. Tapi kalau mau jauh-jauh ke Bantul, boleh boleh saja mengejar Bakmi Mbah Mo.

MIe goreng dan mie godog dtemani dengan cabe hijau dan acar, bikin lapar

Mie goreng

Mie godog

Wedang ronde

Wedang jahe gula jawa, cocok buat yang masuk angin atau sakit flu

h. Beringin Kembar

Kalau anda sedang di sekitar alun-alun, tak ada salahnya mengunjungi Beringin Kembar di Alun-alun selatan. Konon, mitos yang beredar di sini adalah, banyak orang yang berjalan lurus dengan mata tertutup tidak berhasil melewati jalan di antara dua beringin. Mereka biasanya langsung berjalan melenceng menjauh dari jalur di antara dua beringin tersebut.

Penasaran dengan hal tersebut, saya pun bergerak menuju lokasi Beringin Kembar setelah kenyang menyantap Bakmi Pak Pele. Sesampainya di sana, saya dapati cukup banyak orang yang mencoba berjalan lurus dengan mata tertutup untuk berjalan melewati jalan di antara dua beringin, namun mereka selalu melenceng.

Saya pun tidak banyak membuang waktu. Saya segera menyewa penutup mata seharga Rp.5.000,- karena lupa membawa penutup mata. Saya minta teman saya mendampingi saya hanya untuk berjaga-jaga siapa tahu saya menabrak orang. Sebelum menutup mata, saya perhitungkan arah saya agar dapat berjalan lurus sehingga dapat melewati jalan di antara dua beringin. Lalu saya menutup mata saya dan berjalan dengan berhati-hati. Saya yakin saya berjalan lurus, namun tidak berapa lama saya mulai mendengar tawa cekikikan dari teman saya. "Ka, kamu kok jalannya muter? Hahahah". Saya pun tersenyum dan membuka mata saya. Ternyata benar, meski saya sudah merasa lurus dan berjalan dengan hati-hati, arah saya tetap melenceng. Saya mencoba mengulangi berkali-kali dan tidak satu pun berhasil. Saya yang cenderung "mistis" mengatakan pada teman saya, barangkali ada penunggu dan mantra di beringin ini. Teman saya yang skeptis hanya tersenyum dan mengatakan bahwa menurutnya masalah kontur tanah dapat mempengaruhi hal ini. Entahlah, yang jelas, kegiatan mitos ini belum terpecahkan secara sains.



i. Bakmi Mbah Mo
Bakmi Mbah Pele di alun-alun udah pernah, karena itu pada kesempatan dinas ke sekian saya mencoba menyambangi bakmi yang namanya lebih legendaris di telinga saya, yaitu Bakmi Mbah Mo. Alhasil akhirnya saya pergi ke daerah Bantul bersama seorang pren. Seperti dugaan saya sebelumnya, tempatnya... Jauhh!!!
Pas sampai di sana, kebetulan pas mau maghrib, dan ternyata hal itu amat sangat menolong sekali karena sepi jadinya. Jika kami datang setelah maghrib, bisa dipastikan akan menjamur karena antrian panjang kembali terjadi.
Bakmi Mbah Mo di"proses" di sebuah warung dengan menggunakan arang sebagai bahan pembakarnya. Mungkin inilah salah satu faktor yang membuat mie ini enak dan jadinya terkenal. Kami pun memesan mie godog (kuah) dan mie goreng, serta wedang uwuh (minuman romot / sampah). Namanya emang aneh2.
Pas memakan mie godognya, hmm.. rasanya lumayan menurut saya tapi belum masuk level enaaaakkk, bahkan menurut saya masih enakan bakmi pele. Mungkin karena tidak ada unsur manis sama sekali dalam mie nya, benar2 tanpa manis2 meskipun dikit. Namun menilik dari penggemarnya yang fantastis, sepertinya banyak yang tidak setuju dengan saya. Yah sah sah saja karena rasa adalah masalah selera masing-masing. Namun yang jelas, tingkat kekentalan kuahnya oke, dan tampilannya cukup menarik. Untuk mie gorengnya, menurut saya levelnya masih di bawah mie godognya. Warnanya pucat jadi kurang masuk selera saya.
Meski demikian yang ngatri wihhhhh mampus banyaknya. Yang jelas, sepertinya lidah saya (dan teman saya) tidak sama seperti kebanyakan penggemarnya.
Untung minumannya lain ceritanya. Wedang uwuh yang tampilannya biasa aja (warna merah muda dengan banyak rempah mengapung) ternyata enyaaakkk. Rasanya mirip minuman temulawak namun tanpa rasa masam seperti dalam minuman temulawak. Pokoknya pas lah dinikmati dengan bakminya.

Ayam Goreng Mbah Cemplung
Ini nih ayam goreng yang enyyaaakk sekali, namanya Mbah Cemplung, dan lokasinya pun di Bantul. Jadi ceritanya sebelum ke Mbah Mo, saya sebenarnya ngepot ke sini ni, buat mencicip ayam goreng mbah cemplung.
Jalannya masuk-masuk dan sedikit membingungkan. Lokasinya terletak di sebuah bangunan yang cukup luas.
Rasa ayam gorengnya mantep dan ayamnya tuh ayam kampung yang dimasak / diukep dengan tanak. Bumbunya tidak manis dan tidak berlebihan pokoknya pas lah.
Saya sempat membungkusnya untuk oleh2 ke Balikpapan dan selama 24 jam masih aman.

Oseng Oseng Mercon
Sepanjang jalan di kantor pos / Jalan ahmad dahlan, berjejer banyak sekali oseng-oseng mercon. Setiap kali saya tanya mana yang paling enak, semua orang bilang semuanya enak. Saya pun jadi bingung. Akhirnya, saya bertanya, mana yang asli? dan akhirnya seseorang menunjukkan sebuah warung di depan "Gule kepala ikan Bang Jo" favorit saya. Warungnya kecil dan lesehan.
Saya pun akhirnya menyambangi warung sederhana tersebut dengan kain penutup berwarna hijau.
Ternyata banyak sekali pelanggan di dalamnya. Saya pun langsung memesan dan melihat berbagai macam lauk selain oseng-oseng mercon. Ada berbagai jeroan, ayam, bebek, dsb yang dimasak bacem. Saya pun mencoba memesan sate jeroan dan oseng-oseng mercon.
Lalu saya coba, ternyata enaakkk, tapi pedess banget. Wih untuk ukuran saya, oseng-oseng mercon bener2 pedes, makanya hati2 bisa sakit perut jika ceroboh.

Gule Kepala Ikan Bang Jo
Nah ini nih salah satu tempat favorit saya. Lokasinya di Jl. Ahmad Dahlan. Meskipun judulnya gule kepala ikan, namun menu favorit saya adalah tomyam kepala ikan. Rasanya mantepppp.
Meskipun menunya kepala, namun banyak "konfigurasi" daging dan pasangannya di sekitar dan di dalam kepala ikan. Pokoknya mantep. Namun, tempat ini ramai dan tutup jam 10 malam. Walaupun hanya kepala, namun dijamin kenyang dan karena "tantangan" menggali dagingnya banyak.
Jika kurang puas dengan kepala, bisa memesan ikan utuh, namun menu utuh ini cenderung cepat habis.

Bakpia Agi dan Bakpia Kurnia
Jika tidak sempat memesan bakpia kencana yang enyaaaakk itu, bisa juga memesan bakpia Agi atau Bakpia Kurnia. Untuk bakpia kurnia lumayan enak juga meskipun kalo dari llidah saya masih kalah dengan bakpia kencana. Kelebihannya kulitnya enak dan isinya lumayan enak.
Untuk bakpia Agi, juga bisa diandalkan sebagai oleh2 meskipun levelnya masih di bawah kencana dan kurnia menurut saya. Kulitnya biasa, namun isinya lumayan enak. Ukurannya juga kecil-kecil, namun kelebihannya banyak dijual di sekitar Malioboro.



No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.