Monday 20 July 2015

Air mata di hari ultah

Hari ini aku lagi ultah, sebelumnya menginjak kepala 3 terasa seperti ancaman saja. Namanya juga usia 20-an itu adalah usia emas. Hari ini beragam macam emosi berkecamuk. Namun ada 2 kejadian mengharukan terjadi hari ini.

Aku merasa punya banyak teman, sahabat dan orang2 yang menyangiku, dan aku bersyukur untuk itu. Sebenarnya ultah adalah hal biasa bagiku dan hal yang tidak perlu dirayakan atau diucapkan, mungkin karena hal ini sudah terjadi berkali-kali kali ya.

Seperti biasa, aku menjalani hari2ku seperti kemarin2. Belum ada ucapan satu pun nangkring di telingaku seperti tahun2 sebelumnya, meskipun juga itu bukan masalah.

Namun, tanpa kusangka, aku kaget kala seseorang yang selama ini aku abaikan, bahkan aku sering bicara buruk padanya justru memberiku selamat pertama kali. Tak kusangka, ia akan ingat, meskipun apapun niatnya.

Lalu, seseorang, dia tidak pernah menjadi atasanku langsung, tiba2 datang ke rumahku dan memberiku hadiah bersama istrinya. Saat itulah, aku yang biasanya jaim dan cool, langsung mewek. Entah kenapa, mungkin terharu banget. Dia bukan dan belum pernah jadi bosku, tapi baiiiiiiiiikkkk banget.

Gara2 itu, aku jadi merenung dan memaknai usiaku yang baru 30 tahun ini, untuk mengingatkan diri agar senantiasa berperilaku lembut pada orang lain, serta selalu peduli kepada orang lain.

Saya kemudian membuka "hadiah" lain kiriman dari seorang teman "Saat seseorang itu meninggal, maka tempat yang pertama kali dia tuju adalah memori tentang dirinya di diri orang lain. Untuk itu, apakah memori itu bagus atau tidak, tergantung dari perilaku orang itu kepada orang lain semasa hidupnya."

Terimakasih buat mereka yang memberiku "hadiah" berupa kesadaran diri yang tidak bernilai harganya.

met usia 30 tahun buat diriku.

30 bukanlah akhir, namun awal untuk meraih mimpi dan bersikap lebih dewasa.

2 comments:

Note: only a member of this blog may post a comment.