Thursday 14 August 2014

Cerpen: Sepuluh Menit Membaca Isi Kepalanya

Hari itu, aku menghampirinya. Sebenarnya, aku tidak berniat menghampirinya. Aku tadinya malah berniat menghampiri pria lainnya. Pria yang akan mengajarkanku tentang membaca nada-nada. Atau, aku berniat menghampiri seorang biksu yang pernah menjual ferrarinya. Atau, lebih baik menghampiri ibu-ibu yang mengajarkanku bagaimana caranya memanggang.

Tapi entah kenapa aku malah menghampirinya. Barangkali karena dia memakai baju bertuliskan "Best Seller" dan auranya penuh bencana. Padahal, tubuhnya penuh tato. Aku tidak bisa melihat wajahnya dan seluruh tubuhnya. Hanya dada dan tatonya. Dada yang bagus dan tato yang banyak! 

Aku mulai menghampirinya. Menerka dirinya. Aura yang penuh bencana membuatku penasaran. Aku mulai berkenalan dengannya. Ingin tahu isi kepalanya. Hanya semenit. Satu menit saja. Dan aku tidak ingin meninggalkan isi kepalanya!

Kini aku bisa melihat wajahnya. Tipe wajah yang digilai para wanita. Pria perayu dengan tubuh bagus. Sial!! Aku mulai tertarik padanya! Jangan ada Lachlan nomor dua! Batinku.

Akhirnya, dia memperkenalkan dirinya, namanya Travis. Aku tersenyum. Nama pria nakal. Dan memang benar. Dia memang pria yang menghabiskan malam-malamnya di ring pertarungan dengan darah. Menghabiskan berbotol-botol minuman. Menggandeng para wanita cantik. Yah, seperti itulah memang dia. Dulu. Sebelum dia bertemu seorang gadis. Seorang gadis yang mengingatkan pada diriku yang dulu.

Sekarang, Travis mulai bercerita tentang sekelumit potongan hidupnya. Dia berkata bahwa dia telah jatuh cinta dengan seseorang. Seseorang yang akan bertanya tentang hidupnya dan bahagia mendengar ceritanya. Seseorang yang hanya akan mengenakan sweater di sebuah pesta dan tidak menyadari betapa cantiknya dia. Travis terus bercerita, tidak menyadari bahwa setiap kata-katanya membuat aku merinding. Membuatku menyadari, di balik tato bencana yang mengerikan itu, tersembunyi pria paling charming.

Cukup penjelasan sepuluh menit itu saja dari Travis, dan aku benar-benar tidak ingin melepaskan pria bertato ini yang entah bagaimana tiba-tiba telah mencuri hatiku. Persetan jika orang bilang dia tidak tampan. Tapi sialnya ternyata dia sangat tampan. Persetan jika pria ini tidak mencintaiku, toh aku sudah ada yang punya. Aku hanya ingin isi kepalanya. Aku jatuh cinta dengan isi kepalanya. 

Sebuah panggilan ditujukan untuk penumpang terakhir sebuah pesawat bergema di telingaku. Aku tersentak. Itu namaku. Akupun langsung menggamit Travis. Buru-buru menyodorkannya ke kasir. Untungnya harganya ga sampai 300rb. Aku langsung keluar dari Periplus dan menuju Gate F4 karena aku harus segera menuju Pekanbaru.

Kutunda dulu sementara perkenalanku dengan Travis. Masih ada waktu panjang di dalam pesawat dan hotel. Aku masih ingin tahu seperti apa kisah hidupnya dengan kekasihnya. Yang penting, aku sudah memiliki isi kepalanya dan aku bisa mendekapnya tiap saat di samping bantalku, bersama Lachlan, si Pria Skotlandia, yang telah lebih dulu kudapatkan di Gramedia.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.